Minggu, 07 Januari 2024
Kamis, 31 Agustus 2023
Rabu, 24 Februari 2021
Puisi Lama
Syair adalah salah bentuk puisi lama. Syair dikatakan sebagai puisi lama karena ciri khasnya yaitu memiliki atura yang kaku dalam penulisannya. Syair di dalam kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi secara umum. Akan tetapi dalam perkembangannya, syair ini telah mengalami perubahan dan modifikasi sehingga syair didesain sesuai keadaan dan situasi yang terjadi.
Syair terkenal sebagai media untuk mengungkapkan isi hati tentang suatu peristiwa, kejadian, seseorang, atau perasaan.
Berbeda dengan pantun yang memiliki sampiran di dua awal barisnya, syair hanya terdiri dari isi dalam empat barisnya. Ciri-ciri syair inilah yang membedakannya dengan pantun dan puisi lama lainnya. Perhatikan contoh berikut:
1) Inilah gerangan suatu madah,
Mengarangkan syair terlalu indah,
Membetuli jalan tempat berpindah,
Disanalah i’tikat1 diperbetuli sudah
2) Wahai muda, kenali dirimu,
Ialah perahu tamsil tubuhmu,
Tiadalah berapa lama hidupmu,
Ke akhirat jua kekal diammu.
3) Hai muda arif-budiman,
Hasilkan kemudi dengan pedoman,
Alat perahumu jua kerjakan,
Itulah jalan membetuli insan.
4) Perteguh jua alat perahumu,
Hasilkan bekal air dan kayu,
Dayung pengayuh taruh disitu,
Supaya
laju perahumu itu.
Jumat, 15 September 2017
Interval
Hahaha, saya kembali memulai tulisanku dengan sesuatu yang sangat absurd, sama seperti tulisan-tulisan sebelumnya. Hari ini saya berkutat dengan beberapa kesibukan yang sebenarnya tidak bisa saya kategorikan sebagai sebuah kesibukan yang berguna. Sesekali saya buka I Tunes Store hanya sekadar untuk mengecek list of the week musik yang ujung-ujungnya saya tidak pernah beli. Tak lupa pula saya campur dengan menjadi seorang stalker sosial media yang bisa dikata tingkat kekepoannya melebihi Sherlock Holmes dalam novel karangan Arthur Ignatius Conan Doyle. Membuka beranda aplikasi jejaring sosial besutan Mark Zuckerberg dan menuliskan "S.." di kolom pencarian, seketika nama yang saya ingin kepoin pun terekomendasi.
sudah sembilan bulan atau mungkin lebih, saya mencoba mengikis interval antara kata berani dan takut. Melipatnya menjadi dekat, dan satu hari sebelum hari lahirku yang ke-27, lipatan itu akhirnya menemui titik temunya. Tak ada basa-basi seperti tulisan-tulisanku di blog, mungkin karena ini sifatnya seperti private message. Kukirimkan sebuah pesan kepadanya, singkat, padat, dan masih kurang jelas. Kata tanya pun hadir, dan dengan rasa percaya diripun saya katakan dengan sejelas-jelasnya maksud saya. Namun, butuh satu hari katanya untuk menjawab pertanyaanku. Tak apalah, mungkin saya akan mendapat kabar baik di ahri lahirku.
Harapku. Hasilnya entahlah-entah.
Menunggunya untuk menjadi semestaku adalah pekerjaan yang paling menegangkan bagiku.