A. Strategi dalam Pembelajaran Menyimak
Salah satu prinsip linguistik menyatakan bahwa
bahasa itu pertama-tama adalah ujaran, yakni bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan
dan bisa didengar. Atas dasar itulah beberapa ahli pengajaran bahasa menetapkan
satu prinsip bahwa pengajaran bahasa harus dimulai dengan mengajarkan
aspek-aspek pendengaran dan pengucapan sebelum membaca dan menulis.
Dengan demikian, menyimak merupakan satu
pengalaman belajar yang amat penting bagi para siswa dan seyogyanya mendapat
perhatian sungguh-sungguh dari pengajar.
Implikasinya dalam pelaksanaan pengajaran
ialah bahwa guru hendaknya memulai pelajarannya dengan memperdengarkan
(sebaiknya secara spontan, tidak dengan membaca) ujaran-ujaran bahasa Indonesia
baik berupa kata-kata maupun kalimat, setidak-tidaknya ketika guru memperkenalkan
kata-kata baru, ungkapan-ungkapan baru, atau pola kalimat baru. Manfaat dan
aktifitas ini ialah untuk membiasakan murid mendengar ujaran dan mengenal
dengan baik tata bunyi bahasa Indonesia, disamping dapat menciptakan kondisi
belajar penuh gairah dan menumbuhkan motivasi dalam diri murid. Hal ini agar
pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru bahasa Indonesia tak monoton
dengan membaca buku teks. Secara umum tujuan latihan menyimak adalah agar siswa
dapat memahami ujaran dalam bahasa Indonesia, baik bahasa sahari-hari maupun
bahasa yang digunakan dalam forum resmi.
Pada
dasarnya, pembelajaran menyimak yang ingin dicapai dalam kurikulum, antara lain
dapat diurutkan sebagai berikut;
1. Pengenalan
bunyi;
2. Pengucapan
bunyi;
3. Penguasaan
tekanan kata;
4. Penguasaan
lagu kalimat.
Keempat bagian tersebut diatas akan dijelaskan
secara lebih rinci sebagai berikut:
1. Pengenalan dan
Pengucapan Bunyi Bahasa Indonesia
Hal yang paling pertama yang harus dikuasai
oleh seorang murid yang ingin belajar bahasa Indonesia yaitu, menegenal bunyi
dan pengucapan bahasa Indonesia. Pengenalan bunyi bahasa Indonesia berlansung
secara berkelanjutan mulai dari ketika seorang anak pertama mendengar Bahasa
Indonesia sampai pada batas tak tentu.
Meski
pemerolehan bahasa berlansung secara alami, begitupun dengan pengenalan dan
pengucapan bahasa Indonesia, tetapi hal tersebut tak membatasi seorang guru
untuk menggunakan metode yang inovatif serta kreatif untuk mempercepat proses
pengenalan bunyi ini pada siswa. Pengucapan bahasa Indonesia dalam hal ini
bukan hanya pada kemampuan seorang siswa untuk berbahasa Indonesia, tapi lebih
dari itu seorang siswa dituntut agar mampu mengucapkan kata atau kalimat dalam
bahasa Indonesia dengan benar.
Penggunaan
metode serta strategi pengajaran khususnya pada kompetensi menyimaka harus
memenuhi kriteria berikut:
a. Relevan
dengan tujuan pembelajaran
b. Menantang
dan merangsang siswa untuk belajar
c. Mengembangkan
kreativitas siswa secara individual ataupun kelompok.
d. Memudahkan
siswa memahami materi pelajaran
e. Mengarahkan
aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
f. Mudah
diterapkan dan tidak menuntut disediakannya peralatan yang rumit.
g. Menciptakan
suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
Ada beberapa cara melatih siswa menyimak bunyi
secara tepat, misalanya menggunakan strategi:
a. Pasangan mirip (minimal
pairs)
Guru mengucapakan kata yang mengandung bunyi
yang akan dilatihkan, kemudian siswa diminta menjawab samakalau
mereka menyimak bunyi seperti sama, dan dapat menjawab berbeda jika
berdasarkan simakannya berbeda. contohnya dengan guru mengucapakan kata-kata
Bang dan kata Bank, maka siswa yang mengatakan berbeda adalah
siswa yang benar jawabannya.
b. Simak – Kerjakan
Model ucapan guru berisi kalimat perintah.
Siswa mereaksi atas perintah guru. Reaksi siswa itu berbentuk perbuatan.
c. Simak – Terka
Guru mempersiapkan deskripsi sesuatu benda
tanpa menyebut nama bendanya. Deskripsi itu disampaikan secara lisan kepada
siswa. Kemudian siswa diminta menerka nama benda itu.
d. Simak –Berantai
Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang
siswa. Siswa tersebut membisikkan pesan itu kepada siswa kedua. Siswa kedua
membisikkan pesan itu kepada siswa ketiga. Begir\tu seterusnya. Siswa trerakhir
menyebuitkan pesan itu dengan suara jelas di depan kelas. Guru memeriksa apakah
pesan itu benar-benar sampai pada siswa terakhir atau tidak.
Penggunaan metode tersebut memang sangat
efektif, tapi apabila seorang guru ingin berhasil maka seorang guru haruslah
menjad conoh atau model yang baik bagi siswanya dalam mengucapkan kosa kata
dalam bahasa Indonesia.
2. Tekanan Kata
Pemenggalan kata menurut sukunya
Dalam bahasa Indonesia ada kata yang bersuku
satu, bersuku dua, tiga, empat atau lebih baik berupa kata dasar maupun
berbentuk kata berimbuhan. Apabila kata itu dipenggal secara tertulis maka yang
harus diperhatikan adalah sukunya atau berupa ejaaannya, tapi kalau kata itu
dipenggal secara lisan maka yang harus diperhatikan adalah tekanannya.
Ada beberapa teknik yang dapat dipakai melatih
siswamenyimak tekanan kata, antara lain sebagai berikut:
a) Guru
membacakan atau memutarkan dari rekaman atau bahan yang telah dipersiapkan
kata-kata sesuai/ tidak sesuai dengan tekanannya. Kemudian siswa disuruh
menilai benar salahnya.
b) Siswa
diminta member tanda pada suku kata yang ditekan. Tanda-tanda dapat berupa
angka atau garis-garis. Caranya yaitu; guru memberikan kalimat-kalimat yang
telah diketik atau ditulis di papan tulis dan siswa-siswa disuruh menyalinnya.
Kemudian guru membacakan kalimat demi kalimat dan siswa disuruh mambari tanda
pada setiap suku kata yang ditekan. Setelah itu maka siswa disuruh untuk
menulis hasilnya di papan tulis, apabila ada yang salah maka guru menjelaskan
kesalahan tersebut.
3. Lagu atau Intonasi Kalimat
Intonasi berwujud rangkaian nada dan jeda
dalam mengucapkan suatu kalimat. Ada berbagai cara untuk menandai intonasi
suatu kalimat. Cara pertama menggunakan garis. Cara kedua dan ketiga
menggunakan angka dengan skala yang berbeda.
Cara mengajarkannya:
a) Intonasi Kalimat berita
Intonasi kalimta berita yaitu normal yaitu
jarang sekali mengandung nada yang sangat tinggi. Lagu kalimat berita
bervariasi pula, bergantung pada nada dan jedanya. Perubahan nada dan jeda itu
mengakibatkan pula perubahan makna kalimat.
b) Lagu kalimat Tanya
Intonasi kalimat Tanya berupa lagu Tanya pada
bagian kahir sebuah kalimat.
c) Lagu Kalimat Perintah
Lagu kalimat perintah bergantung ada keras
atau lemahnya perintah tersebut.
d) Lagu Kalimat Inverse
Kalimat inverse adalah kalimat berita yang
predikatnya mendahukui subjek. Yang tentu intonasinnya berbeda dengan kalimat
dengan susunan normal.
B. Strategi Menyimak untuk Tujuan
yang Lebih Umum
Ada beberapa strrategi dalam pembelajaran
menyimak yaitu sebagai berikut:
1. Strategi Menyimak dan
Berpikir Langsung MBL / DLTA (Direct Listening Thinking Activities)
Ø Pra Simak
Persiapan Menyimak :
a. Pada
tahap ini guru memberitahukan judul cerita yang akan disimak, misalnya “Saat
Sendirian di Rumah”.
b. Berdasarkan
judul teresbut guru menanyakan kepada siswa misalnya: “Bagaimana seandainya
malam hari sendirian di rumah?”
c. Untuk
membangkitkan imajinasi siswa guru bisa menunjukkan gambar rumah yang gelap.
d. Selanjutnya
guru mengajukan pertanyaan Apa kira-kira isi cerita yang akan dibacakan, apa
yang kira-kira menarik dari cerita itu, bagaimana seandainya peristiwa itu
terjadi pada kalian? Dan sebagainya.
Ø Saat Simak
Guru Membaca Nyaring
a. Guru
membacakan cerita dengan suara nyaring secara menarik dan hidup
b. Pada
bagian tertentu yang dianggap memiliki hubungan dengan prediksi dan tujuan
pembelajaran, guru menghentikan pembacaan dan mengajukan pertanyaan kepada
siswa. Misalnya : “Apa kesimpulan yang kalian peroleh, apa yang terjadi
kemudian, apa yang terjadi selanjutnya dsb.”
c. Setelah
tanya jawab dianggap cukup, guru melanjutkan membacakan lagi. Dan mengulangi
langkah di poin kedua sampai cerita selesai.
Ø Pasca Simak
Refleksi :
a. Guru
mengakhiri pembacaan cerita
b. selanjutnya
guru meminta siswa untuk mengemukakan kembali isi cerita dan guru meminta
pendapat siswa tentang unsur-unsur cerita, misalnya tentang watak tokoh,
tentang alur, seting dan sebagainya secara lisan. Kegiatan ini bisa dilakukan
dengan menunjuk siswa maju ke depan untuk menceritakan kembali cerita yang
telah dibacakan guru secara bergantian
2. Strategi Pertanyaan Jawaban (PJ)
Ø Pra Simak
a. Guru
mengemukakan judul bahan simakan
b. Guru
mengajukan pertanyaan berkenaan dengan isi simakan yang akan dibicarakan
Ø Saat Simak
Guru membacakan materi simakan. Pembacaan
dapat dilakukan perbagian dengan diselingi pertanyaan atau dibacakan secara
keseluruhan secara langsung
Ø Pasca Simak
a. Guru
membacakan materi simakan. Pembacaan dapat dilakukan perbagian dengan diselingi
pertanyaan atau dibacakan secara keseluruhan secara langsung
b. Setelah
materi simakan selesai dibacakan guru memberi kesempatan kepada siswa
menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
c. Guru
mengadakan tanya-jawab dengan siswa.
d. Siswa
mengemukakan kembali informasi yang telah diperoleh, (bisa secara tertulis atau
lisan).
3. Strategi Kegiatan Menyimak Secara
Langsung/KML ATAU DLA (Direct Listening Activities)
Ø Pra Simak
Guru mengemukakan tujuan pembelajaran,
membacakan judul teks simakan, bertanya jawab dengan siswa tentang hal-hal yang
berkaitan dengan judul bahan simakan sebagai upaya untuk pembangkitan skemata
siswa. Selanjutnya guru mengemukakan hal-hal pokok yang perlu dipahami siswa
dalam menyimak
Ø Saat Simak
Guru meminta siswa mendengarkan materi
simakan yang dibacakan oleh guru.
Ø Pasca Simak
a. Guru
melakukan tanya jawab tentang isi simakan. Pertanyaan tidak selalu harus diikat
oleh pertanyaan yang terdapat dalam buku. Guru hendaknya menambahkan pertanyaan
yang dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa atau masalah lain yang aktual.
b. Guru
memberikan latihan/tugas/kegiatan lain yang berfungsi untuk mengembangkan
keterampilan siswa dalam menyimak.
Ada beberapa tujuan-tujuan menyimak yang
hendaknya diajarkan untuk membentuk kemampuan, dan keterampilan-keterampilan
yang umum dibutuhkan di dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
a. Mengingat
item-item yang khusus
b. Memperbaiki
kosa kata
c. Mengikuti
alur buah pikiran/ide-ide dan petunjuk-petunjuk lisan
d. Menentukan
ide utama
e. Menangkap
hubungan dalam konteks lisan
f. Membedakan
ide utama dengan ide penunjang
g. Memperkirakan
kesimpulan-kesimpulan dan mengenali pola pengoraganisasian ide
Teknik-teknik pemebelajaran tersebut inti
utamanya berporos pada tujuan pemebelajaran itu sendiri, yaitu apa yang ingin
dicapai setelah proses pembelajaran.
C. Teknik Teknik Pembelajaran Menyimak
1. Simak ulang ucap
metode simak ulang biasanya digunakan dalam
memperkenalkan bunyi bahasa dengan cara mengucapkannya. Guru sebagai model
mengucapkan atau memutar rekaman bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata,
kalimat, ungkapan, semboyan, kata-kata mutiara dengan pelan-pelan, jelas dan
intonasi yang tepat. Siswa meniru ucapan guru.
2. Identifikasi Kata
Kunci
Kalimat yang panjang dapat dicari kalimat
intinya. Kalimat inti dibangun oleh beberapa kata kunci yang terdapat dalam
kalimat tersebut. Misalnya; guru menyiapkan kalimat panjang, struktur dan
pilihan katanya harus sesuai dengan kemampuan siswa. Bahan harus disampaikan
secara lisan. Setelah siswa menyimak, siswa harus menentukan beberapa kata
kunci yang mewakili pengertian kalimat.
3. Parafrase
Guru menyiapkan sebuah puisi yang sesuai
dengan tingkat kemampuan siswa. Langkah selanjutnya adalah guru membacakan atau
memperdengarkan puisi, siswa menyimak. Setelah selesai menyimak, siswa
menceritakan kembali isi puisi dengan kata-kata sendiri.
4. Merangkum
guru menyiapkan bahan simakan yang cukup
panjang, materi atau bahan serta bahasa yang disampaikan harus disesuaikan
dengan kemampuan siswa. Bahan yang telah dipersiapkan tadi disampaikan secara
lisan kepada siswa dan siswa menyimak, setelah itu siswa disuruh untuk
merangkum.
5. Pemberian Petunjuk
Teknik pemberian petunjuk ini dilakukan dengan
cara guru memberikan sevuah petunjuk, seperti petunjuk mengerjakan sesuatu,
petunjuk mengenai arah atau letak suatu tempat yang memerlukan sejumlah
persyaratan. Petunjuk harus jelas, singkat, dan tepat. Pemberi petunjuk ini
dapat dilakukan oleh guru kepada murid atau sesama murid.
6. Bermain Peran
Bermain peran adalah simulasi tingkah laku
dari orang yang diperankan. Tujuannya adalah (1) melatih siswa untuk menghadapi
situasi yang sebenarnya, (2) melatih praktik berbahasa lisan secara intensif,
dan (3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya
berkomunikasi.
Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku,
dan berbahasa seperti orang yang diperankannya. Dari segi bahasa berarti siswa
harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa yang sesuai.
7. Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama adalah kegiatan
mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam
bentuk drama. Guru dan siswa terlebih dahulu harus mempersiapkan naskah atau
skenario, perilaku, dan perlengkapan. Bermain drama lebih kompleks daripada
bermain peran. Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresikan
perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan
8. Bisik Berantai
Guru membisikkan suatu kalimat kepada siswa
pertama. Selanjutnya siswa tersebut membisikkan pada siswa berikutnya, demikian
samapi terakhir. Tiba pada siswa terakhir, siswa tersebut harus menyebutkan
kata yang dibisikkan tadi dengan suara nyaring. Tugas guru adalah melihat
apakah kata tersebut sesuai dengan kata yang dibisikkan sebelumnya.
Daftar Pustaka
Daeng, Kembong, dkk. 2010. Pembelajaran
Keterampilan Menyimak. Makassar. Tidak diterbitkan.
Hanston. 2010. Metode Pengajaran
Bahasa. http://www.google.com.
. Diakses pada tanggal 7 Desember 2010.
Fatoni.2009. Pengertian Strategi
Pembelajaran Menyimak—Berbicara. http://www.google.com. . Diakses
pada tanggal 7 Desember 2010.
Nuruddin, Muhammad. 2010. Pengertian Strategi
Pembelajaran SD Menyimak—Berbicara.http://www.google.com.
. Diakses pada tanggal 7 Desember 2010.
Catatan untuk Mengingat Masa-masa di bangku
kuliah dan terus bergelut dengan tugas yang tak ada habisnya> Entah mengapa
aku juga merindukannya sekarang.