Tampilkan postingan dengan label Linguistik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Linguistik. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 Mei 2012

Strategi Pembelajaran Menyimak

  
A.    Strategi dalam Pembelajaran Menyimak
Salah satu prinsip linguistik menyatakan bahwa bahasa itu pertama-tama adalah ujaran, yakni bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan dan bisa didengar. Atas dasar itulah beberapa ahli pengajaran bahasa menetapkan satu prinsip bahwa pengajaran bahasa harus dimulai dengan mengajarkan aspek-aspek pendengaran dan pengucapan sebelum membaca dan menulis.
Dengan demikian, menyimak merupakan satu pengalaman belajar yang amat penting bagi para siswa dan seyogyanya mendapat perhatian sungguh-sungguh dari pengajar.
Implikasinya dalam pelaksanaan pengajaran ialah bahwa guru hendaknya memulai pelajarannya dengan memperdengarkan (sebaiknya secara spontan, tidak dengan membaca) ujaran-ujaran bahasa Indonesia baik berupa kata-kata maupun kalimat, setidak-tidaknya ketika guru memperkenalkan kata-kata baru, ungkapan-ungkapan baru, atau pola kalimat baru. Manfaat dan aktifitas ini ialah untuk membiasakan murid mendengar ujaran dan mengenal dengan baik tata bunyi bahasa Indonesia, disamping dapat menciptakan kondisi belajar penuh gairah dan menumbuhkan motivasi dalam diri murid. Hal ini agar pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru bahasa Indonesia tak monoton dengan membaca buku teks. Secara umum tujuan latihan menyimak adalah agar siswa dapat memahami ujaran dalam bahasa Indonesia, baik bahasa sahari-hari maupun bahasa yang digunakan dalam forum resmi.
            Pada dasarnya, pembelajaran menyimak yang ingin dicapai dalam kurikulum, antara lain dapat diurutkan sebagai berikut;
1.      Pengenalan bunyi;
2.      Pengucapan bunyi;
3.      Penguasaan tekanan kata;
4.      Penguasaan lagu kalimat.
Keempat bagian tersebut diatas akan dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut:
1.      Pengenalan dan Pengucapan Bunyi Bahasa Indonesia
Hal yang paling pertama yang harus dikuasai oleh seorang murid yang ingin belajar bahasa Indonesia yaitu, menegenal bunyi dan pengucapan bahasa Indonesia. Pengenalan bunyi bahasa Indonesia berlansung secara berkelanjutan mulai dari ketika seorang anak pertama mendengar Bahasa Indonesia sampai pada batas tak tentu.
            Meski pemerolehan bahasa berlansung secara alami, begitupun dengan pengenalan dan pengucapan bahasa Indonesia, tetapi hal tersebut tak membatasi seorang guru untuk menggunakan metode yang inovatif serta kreatif untuk mempercepat proses pengenalan bunyi ini pada siswa. Pengucapan bahasa Indonesia dalam hal ini bukan hanya pada kemampuan seorang siswa untuk berbahasa Indonesia, tapi lebih dari itu seorang siswa dituntut agar mampu mengucapkan kata atau kalimat dalam bahasa Indonesia dengan benar.
            Penggunaan metode serta strategi pengajaran khususnya pada kompetensi menyimaka harus memenuhi kriteria berikut:
a.       Relevan dengan tujuan pembelajaran
b.      Menantang dan merangsang siswa untuk belajar
c.       Mengembangkan kreativitas siswa secara individual ataupun kelompok.
d.      Memudahkan siswa memahami materi pelajaran
e.       Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
f.       Mudah diterapkan dan tidak menuntut disediakannya peralatan yang rumit.
g.      Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
Ada beberapa cara melatih siswa menyimak bunyi secara tepat, misalanya menggunakan strategi:
a.      Pasangan mirip (minimal pairs)
Guru mengucapakan kata yang mengandung bunyi yang akan dilatihkan, kemudian siswa diminta menjawab samakalau mereka menyimak bunyi seperti sama, dan dapat menjawab berbeda jika berdasarkan simakannya berbeda. contohnya dengan guru mengucapakan kata-kata Bang dan kata Bank, maka siswa yang mengatakan berbeda adalah siswa yang benar jawabannya.
b.      Simak – Kerjakan
Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Siswa mereaksi atas perintah guru. Reaksi siswa itu berbentuk perbuatan.
c.        Simak – Terka
Guru mempersiapkan deskripsi sesuatu benda tanpa menyebut nama bendanya. Deskripsi itu disampaikan secara lisan kepada siswa. Kemudian siswa diminta menerka nama benda itu.
d.       Simak –Berantai
Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang siswa. Siswa tersebut membisikkan pesan itu kepada siswa kedua. Siswa kedua membisikkan pesan itu kepada siswa ketiga. Begir\tu seterusnya. Siswa trerakhir menyebuitkan pesan itu dengan suara jelas di depan kelas. Guru memeriksa apakah pesan itu benar-benar sampai pada siswa terakhir atau tidak.
Penggunaan metode tersebut memang sangat efektif, tapi apabila seorang guru ingin berhasil maka seorang guru haruslah menjad conoh atau model yang baik bagi siswanya dalam mengucapkan kosa kata dalam bahasa Indonesia.
2.      Tekanan Kata
Pemenggalan kata menurut sukunya
Dalam bahasa Indonesia ada kata yang bersuku satu, bersuku dua, tiga, empat atau lebih baik berupa kata dasar maupun berbentuk kata berimbuhan. Apabila kata itu dipenggal secara tertulis maka yang harus diperhatikan adalah sukunya atau berupa ejaaannya, tapi kalau kata itu dipenggal secara lisan maka yang harus diperhatikan adalah tekanannya.
Ada beberapa teknik yang dapat dipakai melatih siswamenyimak tekanan kata, antara lain sebagai berikut:
a)      Guru membacakan atau memutarkan dari rekaman atau bahan yang telah dipersiapkan kata-kata sesuai/ tidak sesuai dengan tekanannya. Kemudian siswa disuruh menilai benar salahnya.
b)      Siswa diminta member tanda pada suku kata yang ditekan. Tanda-tanda dapat berupa angka atau garis-garis. Caranya yaitu; guru memberikan kalimat-kalimat yang telah diketik atau ditulis di papan tulis dan siswa-siswa disuruh menyalinnya. Kemudian guru membacakan kalimat demi kalimat dan siswa disuruh mambari tanda pada setiap suku kata yang ditekan. Setelah itu maka siswa disuruh untuk menulis hasilnya di papan tulis, apabila ada yang salah maka guru menjelaskan kesalahan tersebut.
3.      Lagu atau Intonasi Kalimat
Intonasi berwujud rangkaian nada dan jeda dalam mengucapkan suatu kalimat. Ada berbagai cara untuk menandai intonasi suatu kalimat. Cara pertama menggunakan garis. Cara kedua dan ketiga menggunakan angka dengan skala yang berbeda.
Cara mengajarkannya:
a)      Intonasi Kalimat berita
Intonasi kalimta berita yaitu normal yaitu jarang sekali mengandung nada yang sangat tinggi. Lagu kalimat berita bervariasi pula, bergantung pada nada dan jedanya. Perubahan nada dan jeda itu mengakibatkan pula perubahan makna kalimat.
b)     Lagu kalimat Tanya
Intonasi kalimat Tanya berupa lagu Tanya pada bagian kahir sebuah kalimat.
c)      Lagu Kalimat Perintah
Lagu kalimat perintah bergantung ada keras atau lemahnya perintah tersebut.
d)     Lagu Kalimat Inverse
Kalimat inverse adalah kalimat berita yang predikatnya mendahukui subjek. Yang tentu intonasinnya berbeda dengan kalimat dengan susunan normal.
B.     Strategi Menyimak untuk Tujuan yang Lebih Umum
Ada beberapa strrategi dalam pembelajaran menyimak yaitu sebagai berikut:
1.      Strategi Menyimak dan Berpikir Langsung MBL / DLTA (Direct Listening Thinking Activities)

Ø  Pra Simak
Persiapan Menyimak :
a.       Pada tahap ini guru memberitahukan judul cerita yang akan disimak, misalnya “Saat Sendirian di Rumah”.
b.      Berdasarkan judul teresbut guru menanyakan kepada siswa misalnya: “Bagaimana seandainya malam hari sendirian di rumah?”
c.       Untuk membangkitkan imajinasi siswa guru bisa menunjukkan gambar rumah yang gelap.
d.      Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan Apa kira-kira isi cerita yang akan dibacakan, apa yang kira-kira menarik dari cerita itu, bagaimana seandainya peristiwa itu terjadi pada kalian? Dan sebagainya.
Ø  Saat Simak
Guru Membaca Nyaring
a.       Guru membacakan cerita dengan suara nyaring secara menarik dan hidup
b.      Pada bagian tertentu yang dianggap memiliki hubungan dengan prediksi dan tujuan pembelajaran, guru menghentikan pembacaan dan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Misalnya : “Apa kesimpulan yang kalian peroleh, apa yang terjadi kemudian, apa yang terjadi selanjutnya dsb.”
c.       Setelah tanya jawab dianggap cukup, guru melanjutkan membacakan lagi. Dan mengulangi langkah di poin kedua sampai cerita selesai.

Ø  Pasca Simak
Refleksi :
a.       Guru mengakhiri pembacaan cerita
b.      selanjutnya guru meminta siswa untuk mengemukakan kembali isi cerita dan guru meminta pendapat siswa tentang unsur-unsur cerita, misalnya tentang watak tokoh, tentang alur, seting dan sebagainya secara lisan. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan menunjuk siswa maju ke depan untuk menceritakan kembali cerita yang telah dibacakan guru secara bergantian
2. Strategi Pertanyaan Jawaban (PJ)
Ø  Pra Simak
a.       Guru mengemukakan judul bahan simakan
b.      Guru mengajukan pertanyaan berkenaan dengan isi simakan yang akan dibicarakan
Ø  Saat Simak
Guru membacakan materi simakan. Pembacaan dapat dilakukan perbagian dengan diselingi pertanyaan atau dibacakan secara keseluruhan secara langsung
Ø  Pasca Simak
a.       Guru membacakan materi simakan. Pembacaan dapat dilakukan perbagian dengan diselingi pertanyaan atau dibacakan secara keseluruhan secara langsung
b.      Setelah materi simakan selesai dibacakan guru memberi kesempatan kepada siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
c.       Guru mengadakan tanya-jawab dengan siswa.
d.      Siswa mengemukakan kembali informasi yang telah diperoleh, (bisa secara tertulis atau lisan).
3. Strategi Kegiatan Menyimak Secara Langsung/KML ATAU DLA (Direct Listening Activities)
Ø  Pra Simak
Guru mengemukakan tujuan pembelajaran, membacakan judul teks simakan, bertanya jawab dengan siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan judul bahan simakan sebagai upaya untuk pembangkitan skemata siswa. Selanjutnya guru mengemukakan hal-hal pokok yang perlu dipahami siswa dalam menyimak
Ø  Saat Simak
 Guru meminta siswa mendengarkan materi simakan yang dibacakan oleh guru.
Ø  Pasca Simak
a.       Guru melakukan tanya jawab tentang isi simakan. Pertanyaan tidak selalu harus diikat oleh pertanyaan yang terdapat dalam buku. Guru hendaknya menambahkan pertanyaan yang dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa atau masalah lain yang aktual.
b.      Guru memberikan latihan/tugas/kegiatan lain yang berfungsi untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam menyimak.
Ada beberapa tujuan-tujuan menyimak yang hendaknya diajarkan untuk membentuk kemampuan, dan keterampilan-keterampilan yang umum dibutuhkan di dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
a.       Mengingat item-item yang khusus
b.      Memperbaiki kosa kata
c.       Mengikuti alur buah pikiran/ide-ide dan petunjuk-petunjuk lisan
d.      Menentukan ide utama
e.       Menangkap hubungan dalam konteks lisan
f.       Membedakan ide utama dengan ide penunjang
g.      Memperkirakan kesimpulan-kesimpulan dan mengenali pola pengoraganisasian ide
Teknik-teknik pemebelajaran tersebut inti utamanya berporos pada tujuan pemebelajaran itu sendiri, yaitu apa yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran.
C.    Teknik Teknik Pembelajaran Menyimak
1.      Simak ulang ucap
metode simak ulang biasanya digunakan dalam memperkenalkan bunyi bahasa dengan cara mengucapkannya. Guru sebagai model mengucapkan atau memutar rekaman bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, ungkapan, semboyan, kata-kata mutiara dengan pelan-pelan, jelas dan intonasi yang tepat. Siswa meniru ucapan guru.
2.      Identifikasi Kata Kunci
Kalimat yang panjang dapat dicari kalimat intinya. Kalimat inti dibangun oleh beberapa kata kunci yang terdapat dalam kalimat tersebut. Misalnya; guru menyiapkan kalimat panjang, struktur dan pilihan katanya harus sesuai dengan kemampuan siswa. Bahan harus disampaikan secara lisan. Setelah siswa menyimak, siswa harus menentukan beberapa kata kunci yang mewakili pengertian kalimat.
3.      Parafrase
Guru menyiapkan sebuah puisi yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Langkah selanjutnya adalah guru membacakan atau memperdengarkan puisi, siswa menyimak. Setelah selesai menyimak, siswa menceritakan kembali isi puisi dengan kata-kata sendiri.
4.      Merangkum
guru menyiapkan bahan simakan yang cukup panjang, materi atau bahan serta bahasa yang disampaikan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa. Bahan yang telah dipersiapkan tadi disampaikan secara lisan kepada siswa dan siswa menyimak, setelah itu siswa disuruh untuk merangkum.
5.      Pemberian Petunjuk
Teknik pemberian petunjuk ini dilakukan dengan cara guru memberikan sevuah petunjuk, seperti petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah atau letak suatu tempat yang memerlukan sejumlah persyaratan. Petunjuk harus jelas, singkat, dan tepat. Pemberi petunjuk ini dapat dilakukan oleh guru kepada murid atau sesama murid.
6.       Bermain Peran
Bermain peran adalah simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan. Tujuannya adalah (1) melatih siswa untuk menghadapi situasi yang sebenarnya, (2) melatih praktik berbahasa lisan secara intensif, dan (3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya berkomunikasi.
Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang diperankannya. Dari segi bahasa berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa yang sesuai.
7.       Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa terlebih dahulu harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku, dan perlengkapan. Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran. Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan
8.      Bisik Berantai
Guru membisikkan suatu kalimat kepada siswa pertama. Selanjutnya siswa tersebut membisikkan pada siswa berikutnya, demikian samapi terakhir. Tiba pada siswa terakhir, siswa tersebut harus menyebutkan kata yang dibisikkan tadi dengan suara nyaring. Tugas guru adalah melihat apakah kata tersebut sesuai dengan kata yang dibisikkan sebelumnya.

Daftar Pustaka
Daeng, Kembong, dkk. 2010. Pembelajaran Keterampilan Menyimak. Makassar. Tidak diterbitkan.
Hanston. 2010. Metode Pengajaran Bahasa. http://www.google.com. . Diakses pada tanggal 7 Desember 2010.
Fatoni.2009. Pengertian Strategi Pembelajaran Menyimak—Berbicarahttp://www.google.com. . Diakses pada tanggal 7 Desember 2010.
Nuruddin, Muhammad. 2010. Pengertian Strategi Pembelajaran  SD Menyimak—Berbicara.http://www.google.com. . Diakses pada tanggal 7 Desember 2010.

Catatan untuk Mengingat Masa-masa di bangku kuliah dan terus bergelut dengan tugas yang tak ada habisnya> Entah mengapa aku juga merindukannya sekarang.

Minggu, 06 Mei 2012

Unsur Demokratisasi Teks Puisi Sajak Anak Muda Karya WS. Rendra (Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra)


Unsur Demokratisasi Teks Puisi Sajak Anak Muda
Kenyataan yang digambarkan dalam puisi Sajak Anak Muda adalah kenyataan yang dialami oleh golongan masyarakat yang menderita, yakni kaum buruh dan tani. Penggambarabn kenyataan tersebut dimaksudkan untuk membangkitkan pertentangan kelas, yakni bangkitnya kaum buruh dan tani untuk melawan kaum borjuis atau kapitalis bahkan pemerintahan.
Teks puisi Sajak Anak Muda adalah sebagai berikut:
  Sajak Anak Muda
Kita adalah angkatan gagap
yang diperanakkan oleh angkatan takabur
Kita kurang pendidikan resmi
di dalam hal keadilan,
karena tidak diajarkan berpolitik.
dan tidak diajar dasr ilmu hukum

kita melihat kabur pribadi orang
karwena tidak diajarkan kebatinan atau ilmu jiwa.
Kita tidak mengerti uraian pikiran lurus,
karena tidak diajar filsafat atau logika.

Apakah kita tidak dimaksud
Untuk mengerti itu semua?
Apakah kita hanya dipersiapkan
Untuk menjadi alat saja?

Inilah gambaran rata-rata
Pemuda tamatan S.L.A.,
Pemuda menjelang dewasa

Dasar pendidikan kita adal;ah kepatuahn
Bukan pertukaran pikiran.

Analisis Stilistika (Versifikasi) Elong Sagala

A. Konsep Dasar Stilistika
Secara etimologi stylistics berhubungan dengan kata style, artinya gaya sedangkan stylistics dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang gaya. Stilistika diperoleh dari khalayak. Gaya semacam ini merupakan asumsi pembaca atau audience yang mengarah ke faktor resepsi.
Ada dua pendekatan analisis stilistika: (1) dimulai dengan analisis sistematis tentang cara sistem linguistic karya sastra dan dilanjutkan ke interpretasi tentang ciri-ciri sastra, interpretasi diarahkan ke makna secara total; (2) mempelajari sejumlah ciri khas yang membedakan satu sistem dengan sistem lain. Maksudnya mencari seberapa jauh penguasaan gaya bahasa pengarang dan seberapa jauh manipulasi bahasa yang digunakan untuk menciptakan kesan estetis pada karya sastra.
Beberapa pokok persoalan yang harus menjadi tekanan dalam penelitian stilistika, menurut Semi (1993: 82-83) ada beberapa hal yakni: 
    1. Analisis hendaknya juga menyentuh masalah unsure keseluruhan karya sastra, seperti tema, pemikiran dan aspek makna yang berkaitan lansung dengan gaya bahasa
    2. Analisis seyogyanya menggunakan analisis structural, namun kajian bahasa diperdalam, sampai pada pemilihan kata, symbol dan sebagainya 
    3. Analisis samapai pada upaya membuka kekaburan pemanfaatan ragam karya sastra absurd, abstrak, dan eksperimental sehingga memudahkan pembaca memahaminya. 
    4. Analisis difokuskan pada corak individual yang khas dari penulis, karena setiap penulis yang telah mapan tentu mempunyai gaya bahasa tersendiri 
    5. Analisis gaya bahasa juga dapat difokuskan pada gaya kelompok pengarang, angkatan tertentu sesuai dengan falsafah hidup mereka masing-masing’ 
    6. Analisis gaya bahasa juga dapat diarahkan pada kalimat, paragraf, wacana kalau berbentuk prosa bahakan sampai pada bahasa dialek 
    7. Analisis juga sebaiknya sampai tingkat perwatakan tokoh, karena gaya bahasa tertentu akan menjadi ciri tokoh juga 
    8. Suatu saat perlu dikaitkan dengan kajian resepsi sastra, sehingga dapat dimengerti kemampuan membaca memahami gaya bahasa tersebut.
Langkah-langkah analisis yang perlu dilakukan dalam kajian stilistuika sastra adalah sebagai berikut:
    1. Tetapkan unit analisis, misalkan berupa bunyi kata, frase, kalimat, bait dan sebagainya 
    2. Dalam puisi memang analisis dapat berhubungan dengan pemakaian aliterasi, asonansi, rima dan variasi bunyi yang digunakan untuk mencapai efek estetika 
    3. Analisis diksi memang sangat penting karena ini tergolong wilayah kesastraan yang sangat mendukung makna dan keindahan bahasa. Kata dalam pandangan simbolis tentu akan memuat lapis-lapis makna. Kata akan memberikan efek tertentu dan menggerakkan pembaca 
    4. Analisis kalimat ditekankan pada variasi pemakaian kalimat dalam setiap kondisi 
    5. Kajian makna gaya bahasa juga perlu mendapat tekanan tersendiri. Kajian makna hendaknya sammpai pada tingkat majas, yaitu sebuah figurative language yang memiliki makna bermacam-macam.
Konsep dasar dari stilistika sastra, yaitu stilistika sastra hendaknya sampai pada dua hal, yaitu makna dan fungsi. Makna dicari melalui penafsiran yang dikaitkan ke dalam totalitas karya, sedangkan fungsi terbersit dari peranan stilistika dalam membangun karya.
B. Analisis Stilistika (Versifikasi) pada Elong Ugi (Elong Sagala)

Elong Sagala

Elong Ugi merupakan sebuah karya sastra kalsik yang memiliki susunan kata yang unik sehingga dapat dianalisis dengan menggunakan stilistika sastra. Elong Ugi khususnya Elong Sagala bukan hanya dapat dipandang dari nilai estetisnya tetapi juga dari nilai fungsinya sebagai mantra penyembuh penyakit atau berupa resep obat. Nilai fungsi tersebut diimplementasikan dalam bentuk elong. Contoh dari Elong sagala yaitu sebagai berikut:

Analisis 

  1. Unit Analisis yang menjadi unit analisis dalam analisis ini yaitu berupa kata, frase, bait  serta secara structural berupa kohesi maupun koherensi jika ada dalam elong tersebut, yaitu dalam Elong Sagala. 
  2. Versifikasi (Rima, Ritma dan Metrum)
  • Rima pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengukangan bunyi itu puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi itu, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara ini, pemilihan bunyi bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi.
Dalam elong ugi sagala terdapat Rima atau pengulangan bunyi yang terdapat pada bait pertama samapai bait keempat dengan bertumpu pada pengulangan vocal /e/ yang memberikan kesan estetis yang berdampak pada kesan mitos bahwa elong tersebut berupa mantra yang dapat menyembuhkan penyakit.
Semmeng-semmeng Rimulanna
Lasa Ulu Remmeng-remmeng
Peddi mata eja-eja
Ore-ore mangkawani
Vocal /e/ mewarnai secara dominan keempat larik elong tersebut dengan pengulangan vocal seperti pada kata  Semmeng-semmeng, Remmeng-remmeng, eja-eja, dan Ore-ore. Apabila dianalisis lebih jauh penempatan kata yang berima tersebut diatur sedemikian rupa sehingga terjadi keseimbangan bunyi yaitu kata Semmeng-semmeng diletakkan pada larik pertama dan dipasangkan dengan kata Remmeng-remmeng pada larik ke dua yang apabila dianalisis memiliki kesamaan struktur pembentukan kata yang terletak pada kesamaan vocal /e/ dan konsonan /m/ yang jumlahnya sama. Kemudian pada larik ketiga terdapat kata eja-eja yang dipasangkan dengan kata ore-ore pada  larik keempat kesamaan yang ada pada kata tersebut yaitu jumlah vocal /e/ pada kata tersebut yang sama yaitu satu.
Selain itu pada akhir bait pertama dan bait ketiga terdapat pengulangan bunyi vocal /a/ yang serupa dengan pantun yang dalam ilmu stilistika disebut sebagai asonansi yaitu ulangan bunyi vocal pada kata-kata tanpa selingan bunyi konsonan dalam elong tersebut. Bunyi tersebut menimbulkan kesan estetis yang luar biasa dan hal tersebut terdapat pula pada larik-larik selanjutnya khususnya pada larik-larik terakhir dalam elong tersebut. Sedangkan aliterasi terdapat dalam kata-kata seperti Semmeng-semmeng, Remmeng-remmeng, eja-eja, Ore-ore, Panreng pole Palipu, Pammana pariang pole ri maiwa dan lain lain,  yang terdapat persamaan bunyi pada suku kata pertama.
  • Ritma dan Metrum
Ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhuungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa dan kalimat.. Ritma merupakan pertentangan bunyi; tinggi/rendah, panjang/pendek, keras/lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk keindahan.
Peddi /Babuwa mengellu
Maccamanikna/ Sagala
Mangidengngi/ camanik e
Tebbusurekna/ Tampangeng

Bait elong tersebut terdapat pengulangan bunyi a,i,a,i pada awal kata setiap larik elong, tetapi kurang sempurna karena tak diikuti oleh pengulangan bunyi pada penggalan kedua.Sedangkan metrum berupa pengulangan tekanan kata yang tetap terdapat pada larik pertama elong tersebut, yaitu:

Semmeng-semmeng Rimulanna
Lasa Ulu Remmeng-remmeng
Peddi mata eja-eja     
Ore-ore mangkawani 
Peddi Babuwa mengellu        
Maccamanikna Sagala
Mangidengngi camanik e
Tebbu surekna Tampangeng
           
Metrum yang terdapat dalam elong tersebut yaitu tekanan kata pada akhir larik pertama(Rimulanna)dan kedua (Remmeng-remmeng) yang keras kemudian disusul oleh tekanan kata pada akhir larik ketiga (eja-eja) dan keempat (mangkawani) yang melemah, larik kelima (mengellu) yang menguat kemudian larik keenam (Sagala) yang melemah dan seterusnya sampai larik berikutnya

"Tulisan ini hanya untuk mengingatkan saya pada rutinitas di bangku perkuliahan dulu, saat harus bergelut dengan tugas kuliah yang menumpuk, makalah yang mesti jadi  dalam semalam, mesti kerja tugas meski dalam kondisi yang tak stabil dan dibalik semua itu ada sebuah kenangan yang tak bisa dilupa yaitu kesetiaan seorang sahabat dalam memberikan bantuan untuk menopang saya dalam setiap kesulitan. Entah itu saat final, saat kerja kelompok, dan bahkan saat kerja tugas individu. Terima kasih kawan aku rindu ruangan DH tempat kita berbagi tawa dan duka" 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...