Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Minggu, 26 Agustus 2012

Arti Lempuq na Mappaccing di Masyarakat Bugis

Badik adalah Lambang Ketegasan Bukan Kekasaran
Sebuah ikatan primordial kedaerahan tentunya memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap sikap dan karakter seorang manusia.  Falsafah hidup dalam sebuah masyarakat adalah salah satu pegangan yang membentuk karakter tersebut. Falsafah hidup tersebut tumbuh dan berkembang secara alami dan turun temurun dalam masyarakat adat/suku tersebut, sehingga sebuah suku atau masyarakat adat memiliki karakter tersendiri yang senantiasa terjaga kelestariannya. Namun pendeskreditan terhadap sebuah suku atau masyarakat adat adalah sebuah hal yang tak bisa dielakkan di masa digital seperti sekarang ini.

Berita tawuran, kekerasan, dan bahkan perang adat akan mendapat ruang yang sangat besar di media massa jika dibandingkan dengan upacara-upacara adat atau aksi amal yang telah menjadi budaya turun temurun dalam sebuah komunitas adat. Hal tersebut kalau dilihat secara kasat mata memang tak pernah menyentuh secara lansung sebuah komunitas adat, seperti suku Bugis, Makassar, Mandar atau Toraja, tetapi menyinggung sebuah daerah yaitu Sulawesi Selatan. Hal ini kan tentunya sebuah hal yang saling berkorelasi satu sama lain. 

Sebuah pengalaman empiris yang membuatku sadar bahawa paradigma masyarakat Indonesia terhadap masyarakat Bugis-Makassar pada khususnya telah melenceng dari hakikatnya. Mirisnya lagi, paradigma-paradigma tersebut lahir dari orang-orang yang tak pernah berinteraksi lansung dengan masyarakat Bugis-Makassar ataukah hanya berinteraksi dengan segelintir perantau Bugis-Makassar. Anggapan yang paling sering muncul yaitu pandangan terhadap karakter orang Bugis-Makassar yang dianggap kasar dan sangat suka dengan kekerasan. Hal tersebut sangat tidak dapat berterima bagi masyarakat Bugis-Makassar karena masyarakat Bugis-Makassar adalah masyarakat yang tegas dan bukannya keras atau kasar.

Khusus pada masyarakat Bugis ada sebuah falsafah hidup yang telah mengakar yaitu:

"Duala Kuala Sappo, Unganna Panasae na Belona Kanukue"
(Hanya dua yang kujadikan pagar, bunga nangka dan penghias kuku)

Bunga nangka dalam bahasa bugis disebut "Lempu" yang kemudian berasosiasi dengan kata "Lempuq" yang berarti jujur. Sedangkan penghias kuku yang dikenal oleh masyarakat bugis adalah tanaman pacar kuku yang dalam bahasa bugis disebut "Pacci" yang kemudian berasosiasi pula dengan kata "Paccing" yang berarti bersih atau suci. Sehingga secara terjemahan bebasnya yaitu "Hanya dua yang kujadikan pagar dalam diriku yaitu kejujuran dan hati/niat yang suci"

Kejujuran dalam masyarakat bugis adalah hal yang sangat diutamakan dan sangat ditekankan. Kejujuran layaknya sebuah permata dalam hidup seseorang, kal permata itu telah jatuh maka hilang pula hakikatnya sebagai seorang manusia. Setidaknya hal itulah yang tertuang dalam sebuah ungkapan bugis.

"Narekko olo kolo tulunna yakkatenni, iya tosi tau'e adanna tu yakkatenni"
(kalau hewan talinya yang dipegang, tapi kalau manusia kata-katanya yang dipegang)

Sedangkan hati yang suci dalam masyarakat bugis memiliki arti "Ati  mapaccing yanaritu nia' madeceng" (hati yang suci adalah niat yang baik). Niat yang baik atau itikad yang baik adalah hal yang menjadi dasar dalam melaksanakan atau melakukan sebuah tindakan. Sebuah kebajikan tidak akan hadir tanpa didasari niat baik. Secara maknawi niat baik kadang diasosiasikan dengan ikhlas, baik hati, berpikiran jernih. Sedangkan secara kontekstual niat baik memiliki makna yang sangat luas yaitu;

  1. Menyucikan Hati
    Pertama yang harus dilakukan manusia sehingga hakikatnya sebagi manusia dapat utuh yaitu menyucikan hatinya dengan menghilangkan segala perasaan-perasaan serta pikiran-pikiran negatif seperti berburuk sangka, iri hati, dengki, serta nafsu-nafsu yang senantiasa menjerumuskan manusia. Sebuah pegangan dalam masyarakat bugis bahwa Tuhan tidak akan pernah ridha kepada hamba-Nya yang tak memiliki hati yang suci menjadi sebuah landasan yang kokoh untuk terus menjaga kesucian hati bagi masyarakat bugis. Terlebih lagi sebuah keyakinan bahwa siapa yang berniat buruk maka keburukan pula yang akan ia dapat.
  2. Bermaksud lurus dan Istiqomah
    Hati yang suci adalah hati yang teguh terhadap pendiriannya. Hati yang suci adalah hati yang tak akan pernah bisa dibelokkan oleh sebuah permasalahan atau bahkan iming-iming duniawi. Hal inilah yang kemudian menjadi karakter tegas yang ada dalam jiwa orang Bugis. Karakter tegas tersebut adalah sebuah keharusan dalam menjaga kesucian hati dati pengaruh-pengaruh luar.
  3. Mengatur Emosi-emosi
    Hati yang suci tidak akan pernah digerakkan oleh emosi-emosi sesaat karena hati yang suci mampu mengontrol pikiran untuk dapat berpikir dengan jernih. Sehingga sikap tersebut membentuk sebuah karakter yang kuat pada jiwa orang Bugis yang pantang untuk terpengaruh oleh nafsu-nafsu serta dorongan-dorongan dari luar dan tentunya dapat mengambil sebuah keputusan yang tepat dengan bimbingan dari hatinya. Ada empat tanda orang yang memiliki hati yang suci menurut Arung Bila dalam  masyarakat bugis, yaitu,

    "Makkedatopi Arung Bila, Eppa tanrana tau madeceng kalawing ati, sewwani, mappassu ada na patuju. Makaduanna, na matuoi ada na sitinaja. Makatellunna, duppai ada na pasau. Makaeppanna, moloi ada napadapi"
    (Ada empat tanda orang yang baik bawaan hatinya, yang pertama, mengucapkan kata yang benar. Kedua, menyebutkan kata yang sewajarnya. Ketiga, menjawab dengan kata yang berwibawa. Keempat melaksanakan kata yang ia ucap.)


    Sumber bacaan: Ati Mapaccing







Jumat, 03 Agustus 2012

Mari Bersedekah Bersama Penggalangan Dana On Line dengan Marimembantu.Org

Mengawali tulisanku pagi ini, saya ingin mengutip sebuah kalimat bijak yang sering didengungkan oleh guru saya ketika sekolah dasar dulu "Tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah". Sebuah kalimat yang dulunya saya anggap hanya sebagai "kalimat rayuan" agar kami dapat saling berbagi, beliaupun sering menambahkan bahwa memberi tidak akan mengurangi apa yang engkau miliki tetapi justru Allah akan menambahnya 10 kali lipat dari apa yang kita berikan. Kalimat yang sangat tidak masuk akal bagi saya yang saat itu masih bocah sekolah dasar dan lebih mengedepankan pikiran matematis. Hal tersebut tentunya berubah seiring dengan perkembangan nalar dan ilmu pengetahuan serta pengalaman yang saya dapat. Saya akan bercerita tentang beberapa pengalaman hidup saya yang membongkar paradigma berpikir saya tentang arti penting untuk saling berbagi.

Memberi adalah Tali Pengikat Kebersamaan

"Kuat kali-kalinya tapi lemah bagi-baginya" kalimat tersebut mungkin merupakan kalimat yang sangat tepat bagi orang yang selalu mengutamakan keuntungan tapi tak pernah berpikir untuk berbagi terhadap sesamanya. Pemikiran tersebut pernah berkuasa atas sebagian besar isi otakku, "pokoknya semua milikku" dalam benakku saat itu. Aku tidak pernah merasakan sebuah kepuasan dan tak pernah pula bersyukur akan apa yang saya miliki. Tak ada ketenangan yang saya rasakan saat itu, hal tersebut sangat berbeda dengan karakter salah seorang temanku, namanya Muhammad Eka Prachandra, aku sering memanggilnya Dechan.

Aku kenal dengan dia karena kami satu angkatan dalam  perekrutan anggota baru sebuah organisasi internal kampus yaitu LPM Penalaran UNM. Setelah satu tahun menjadi anggota baru, ia diangkat menjadi ketua bidang Hubungan masyarakat dan saya menjadi stafnya saat itu. Ia adalah orang yang lumayan amburadul atau mungkin dalam istilah jawanya Slangean, tapi ia mampu menjadi pemimpin yang kami (staf bidang) segani saat itu. Hal yang paling menarik adalah ketika rapat bidang, kami tak pernah rapat bidang di sekretariat tetapi di warung karena katanya "keromantisan kadang hanya bisa terlahir di meja makan".

Aku pernah berpikir kalau sebenarnya ia orang yang sangat boros atau mungkin pula bodoh, hampir setiap ia mendapat rezeki dari hasil "manggung" bandnya ia selalu mentraktir kami. Acara traktiran tersebut tentunya dirangkaikan dengan acara rapat bidang. Sifat tersebut ternyata memunculkan rasa segan, hormat dan akrab dengan dia, hal tersebut akhirnya berefek pada ikatan rasa saling memiliki dan saling menjaga kami yang akhirnya terjaga hingga kahir kepengurusan. Ia pernah berkata di sela-sela rapat kami "saya tak pernah gelisah kalau uang saya habis, tetapi saya akan sangat gelisah ketika saya ingin menyumbang tapi tak ada yang bisa saya berikan". Kalimat sederhana yang mampu menggambarkan kebesaran jiwanya untuk dapat terus berbagi.

Hal tersebut ia buktikan dengan sikap dan sifat yang ia miliki, tak hanya kepada kami, teman bandnya tetapi juga kepada setiap orang yang ia lihat sedang mebutuhkan pertolongan. Ia tak pernah segan untuk memberikan sejumlah uang yang ia miliki kepada pengemis di jalanan, pengamen cilik atau orang yang memiliki cacat fisik. Jadilah ia orang yang memiliki banyak relasi dan sahabat dari berbagai golongan. Hal tersebut tentunya menjadi sebuah kebahagian tersendiri dapat menjalin tali silaturahmi dengan banyak orang dari berbagai tingkatan, golongan dan profesi.

Memberi adalah Persiapan untuk Menerima

"Jangan berpikir untuk selalu menjadi penerima tapi berpikirlah untuk memberi, karena orang yang memberi tak mungkin adalah orang yang berkekurangan".

Kalimat tersebut adalah kalimat yang sering dilontarkan ayah saya. Hal tersebut mulai dapat aku buktikan dengan kisah-kisah yang bergulir di sekitarku. beberapa kisah tersebut terangkum ketika saya menjadi pengurus di lembaga kemahasiswaan dan sebagian lagi bersama para sahabat saya.

Banyak kisah yang saya nikmati salah satunya ketika harus mengamen di lampu merah bersama anak band untuk mengumpulkan sumbangan untuk anak panti asuhan. Malam itu aku sangat disibukkan dengan agenda-agenda kegiatan yang sangat padat, aku mulia merasa penat dan bermaksud untuk menangkan diri. Aku memilih untuk jalan-jalan keluar, di sebuah cafe aku bertemu dengan sahabat karibku sekaligus ketua bidangku di Lembaga dulu (Dechan). Aku sempat mengobrol dengan dia, ia ternyata bermaksud untuk melakukan penggalangan dana untuk sebuah panti asuhan di daerah Gowa dengan cara mengamen di lampu merah. Aku pun tertarik untuk itu, hal yang lumayan lucu sebenarnya bagi kami yang notabenenya sebagai seorang mahasiswa harus mengamen di jalanan. Penampilan kami malam itu sangat berbeda dengan pengamen jalanan lainnya, kami memakai pakaian seperti mau ke pesta pernikahan. Dengan kemeja lengan panjang, celana kain hitam dan juga sepatu pantofel. Hasil malam itu lumayan banyak dan semuanya kami akan sumbang ke panti asuhan yang sudah ditetapkan sebelumnya, bahkan untuk uang makan dan minum kami gunakan uang pribadi kami. Satu hal yang dapat kami petik malam itu bahwa memberi tak harus orang kaya tetapi yang penting ada niat pasti akan ada jalan.

Tuhan membuka pintu-pintu rezekinya jika kita berbagi. Kalimat tersebut mungkin kalimat yang tepat untuk menggmbarkan perasaan bahagia sebagian dari kami setelah mendapat salah satu program DIKTI dalam hal ini pengumuman PKM. Pengumuman pertama mungkin saya adalah orang yang cukup bernahagia karena salah satu karyaku lolos dan mendapat dana hibah penulisan. Beberapa bulan kemudian tibalah giliran Dechan ungtuk menerima balasan dari Tuhan, empat karyanya lolos dan berhak mendapat dana hibah dari DIKTI. Tak hanya sampai disitu, tak beberapa lama kemudian ia akhirnya mampu mewujudkan mimpinya untuk mendirikan sebuah lembaga kursus bahasa inggris. Lembaga kursus tersebut kini makin berkembang dan telah membuka cabang. Alhamdulillah

Terobosan Penyaluran Bantuan

Banyak hal yang telah memberikan pengalaman bagi kami, kami pun pernah melakukan bakti sosial di sebuah daerah yang sangat terpencil "Dusun Kahaya", begitulah nama daerah tersebut. Pada pelaksanaan bakti sosial tersebut kami mulai sadar bahwa di negara ini ternyata masih banyak sudut-sudut daerah yang sangat butuh uluran tangan dari para dermawan. Bentuk-bentuk pengabdian kecil yang kami lakukan tentunya tak akan cukup untuk mengatasi sekelumit permasalahan kemiskinan tersebut. Hal tersebut ternyata seia dengan adanya lemabaga penyalur bantuan yaitu Lembaga Zakat Dompet Dhuafa dengan program “Mudah sedekah secara online dengan Marimembantu.org”. Program tersebut tentunya akan mempermudah bagi para dermawan dalam menyalurkan bantuannya sebagai wujud kepedulian terhadap sesamanya. Ingat memberi sedekah bukan hanya akan memberi manfaat kepada orang yang menerima sedekah tetapi juga kepada yang memberi sedekah dan bersedekah tak akan membuat kita miskin. Jadi, mari membantu bersama Lembaga Zakat Dompet Dhuafa.


Marimembantu


Sesungguhnya kebernilaian seorang manusia bukanlah pada seberapa banyak dan seberapa besar materi yang ia miliki tetapi sebarapa besar yang ia berikan.

Senin, 18 Juni 2012

Metode atau Metodologi Penelitian?


Bayangkan ketika anda berposisi sebagai seorang peneliti dan mendapat sebuah pertanyaan "Apakah konformitas berpengaruh terhadap pengaruh konsumtif remaja?", tentu anda dapa menjawab "ya' atau "tidak". Tapi situasinya akan berbeda jika anda kemudian ditanya mengapa Konformitas berpengaruh terhadap pengaruh konsumtif remaja. Seorang masyarakat ilmiah dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti contoh diatas harus mengumpulkan informasi, mengolah innformasi dan membuat kesimpulan atas informasi tersebut. Proses tersebu tentunya menggunakan Metodologi penelitian, metode penelitian, prosedur penelitian dan teknik penelitian. Keempat hal tersebut kadang dicapuradukkan oleh seorang peneliti, hal tersebut wajar jika melihat perbedaan antar keempatnya yang sangat tipis. 
Perbedaan antara keempat hal tersebut diatas bukanlah sebuah permasalahan besar, tapi sebagai seorang masyarakat ilmiah hal tersebut harus dijelaskan secara ilmiah. Pada tulisan kali ini saya akan membahas perbedaan antara metode penelitian dengan metodologi penelitian. Metode penelitian dan metodologi penelitian jika dilihat dari kata dasar ke dua hal tersebut terdiri dari dua kata dasar yang sama yaitu “metode  dan penelitian”. Menurut bahasa, metode sering diartikan cara. Dalam bahasa Arab, metode diartikan thariqah yang berarti langkah-langkah strategis mempersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan (Ramayulis dalam Yahya, 2004:155). Jika dipahami dari asal kata bahasa Inggris, yaitu method mempunyai pengertian yang lebih khusus, yakni cara yang tepat dan cepat dalam mengerjakan sesuatu. Karena secara etimologis metode diartikan sebagai cara yang paling tepat dan cepat, maka ukuran kerja suatu metode harus diperhitungkan secara ilmiah. Oleh karena itu, suatu metode senantiasa hasil eksperimen yang telah teruji. (Ahmad Tafsir dalam Yahya, 1996).

Hal tersebut seirama dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dr. Ulber Silalahi, MA. dalam bukunya Metode Penelitian Sosial yang mengungkapkan bahwa metode merupkan cara yang teratur untuk mencapai suatu maksud yang diinginkan atau dapat diartikan sebagai cara mendekati, mengamati, dan menjelaskan tentang suatu gejala dengan menggunakan landasan teori. Dalam arti luas, metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisir untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atas masalah tersebut (Silalahi; 12-13, 2009).

Dari ke dua pendapat diatas dapatlah disimpulkan bahwa metode adalah keseluruhan langkah ilmiah yang digunakan untuk menemukan sebuah solusi atas sebuah permasalahan yang terjadi.

Masih pada tahapan analisis etimologi atau kebahasaan, secara etimologi Penelitian adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis data dilakukan secara ilmiah, baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif, eksperimental maupun non eksperimental, interaktif maupun non interaktif (Nana Syaodih dalam Yahya, 2005:5). Penelitian adalah upaya yang sistematik untuk mencari jawaban atas suatu masalah (Sandjana dalam Yahya, 2006). Jawaban yang dicari tersebut bisa jawaban yang abstrak dan umum atau yang kongkret atau spesifik.

Penelitian jika dilihat dari segi kebahasaan merupakan terjemahan dari kata Research dalam bahasa Inggris yang dalam terjemahan bebas berarti "mencari kembali". Untuk melihat lebih jelas pengertian dari penelitian itu sendiri berikut akan say paparkan beberapa pendapat dari beberapa ahli yang berkomentar mengenai metode penelitian itu sendiri

  1. Hilway (1956) mengungkapkan bahwa penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehimgga didapat pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut 
  2. Whitney (1960) mentakan bahwa penelitian merupakan suatu metode untuk menemukan kebenaran sehingga penelitian juga merupakan metode berpikir kritis.
  3. John (1949) Penelitian adalah suatu pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas untuk menemukan hubungan antar fakta dan menghasulkan dalil atau hukum


Maka dengan demikian metode penelitian dapat dipahami sebagai tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. Sementara itu, Sugiyono (dalam Yahya) mendefinisikan metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Selanjutnya dalam pengertian yang luas, Sugiyono menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Dalam pengertian yang lain Nana Syaodih Sukmadinata (2005:52) mendefinisikan metode penelitian sebagai rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan idiologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. (Yahya; 2012)

Sedangkan metodologi penelitian adalah secara kebahasaan berarti ilmu tentang metode. Metodologi penelitian adalah ilmu yang mempelajari cara yang digunakan untuk menyelidiki masalah yang memerlukan pemecahan. Metodologi penelitianj lebih menjelaskan mengapa metode penelitian ":A" yang digunakan untuk melakukan penelitian "B". Sehingga Dr. Ulber Silalahi MA. menyatakan bahwa: "Jika cara-cara bagaimana melakukan penelitian disebut sebagai metode penelitian, studi tentang metode penelitian dinamakan metodologi penelitian. Jika metode penelitian menyangkut cara yang dipergunakan untuk melakukan penelitian, metodologi penelitian mengandung pengertian mengenai penjelasan tentang alasan penggunaan cara untuk melakukan penelitian yang dipilih (Silalahi, 14; 2009)

Daftar Pustaka;

Nasir, Muhammad. 1983. Metode Penelitian. Bogor: Yudistira
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama
Yahya, Dede. 2012. Pengertian Metode Penelitian dan Jenis-jenis Penelitian (online). Diakses pada

Sumber Gambar : http://ardiardiansyah.files.wordpress.com/2011/12/smart-baby1-main_full.jpg

Rabu, 30 Mei 2012

Strategi Pembelajaran Menyimak

  
A.    Strategi dalam Pembelajaran Menyimak
Salah satu prinsip linguistik menyatakan bahwa bahasa itu pertama-tama adalah ujaran, yakni bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan dan bisa didengar. Atas dasar itulah beberapa ahli pengajaran bahasa menetapkan satu prinsip bahwa pengajaran bahasa harus dimulai dengan mengajarkan aspek-aspek pendengaran dan pengucapan sebelum membaca dan menulis.
Dengan demikian, menyimak merupakan satu pengalaman belajar yang amat penting bagi para siswa dan seyogyanya mendapat perhatian sungguh-sungguh dari pengajar.
Implikasinya dalam pelaksanaan pengajaran ialah bahwa guru hendaknya memulai pelajarannya dengan memperdengarkan (sebaiknya secara spontan, tidak dengan membaca) ujaran-ujaran bahasa Indonesia baik berupa kata-kata maupun kalimat, setidak-tidaknya ketika guru memperkenalkan kata-kata baru, ungkapan-ungkapan baru, atau pola kalimat baru. Manfaat dan aktifitas ini ialah untuk membiasakan murid mendengar ujaran dan mengenal dengan baik tata bunyi bahasa Indonesia, disamping dapat menciptakan kondisi belajar penuh gairah dan menumbuhkan motivasi dalam diri murid. Hal ini agar pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru bahasa Indonesia tak monoton dengan membaca buku teks. Secara umum tujuan latihan menyimak adalah agar siswa dapat memahami ujaran dalam bahasa Indonesia, baik bahasa sahari-hari maupun bahasa yang digunakan dalam forum resmi.
            Pada dasarnya, pembelajaran menyimak yang ingin dicapai dalam kurikulum, antara lain dapat diurutkan sebagai berikut;
1.      Pengenalan bunyi;
2.      Pengucapan bunyi;
3.      Penguasaan tekanan kata;
4.      Penguasaan lagu kalimat.
Keempat bagian tersebut diatas akan dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut:
1.      Pengenalan dan Pengucapan Bunyi Bahasa Indonesia
Hal yang paling pertama yang harus dikuasai oleh seorang murid yang ingin belajar bahasa Indonesia yaitu, menegenal bunyi dan pengucapan bahasa Indonesia. Pengenalan bunyi bahasa Indonesia berlansung secara berkelanjutan mulai dari ketika seorang anak pertama mendengar Bahasa Indonesia sampai pada batas tak tentu.
            Meski pemerolehan bahasa berlansung secara alami, begitupun dengan pengenalan dan pengucapan bahasa Indonesia, tetapi hal tersebut tak membatasi seorang guru untuk menggunakan metode yang inovatif serta kreatif untuk mempercepat proses pengenalan bunyi ini pada siswa. Pengucapan bahasa Indonesia dalam hal ini bukan hanya pada kemampuan seorang siswa untuk berbahasa Indonesia, tapi lebih dari itu seorang siswa dituntut agar mampu mengucapkan kata atau kalimat dalam bahasa Indonesia dengan benar.
            Penggunaan metode serta strategi pengajaran khususnya pada kompetensi menyimaka harus memenuhi kriteria berikut:
a.       Relevan dengan tujuan pembelajaran
b.      Menantang dan merangsang siswa untuk belajar
c.       Mengembangkan kreativitas siswa secara individual ataupun kelompok.
d.      Memudahkan siswa memahami materi pelajaran
e.       Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
f.       Mudah diterapkan dan tidak menuntut disediakannya peralatan yang rumit.
g.      Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
Ada beberapa cara melatih siswa menyimak bunyi secara tepat, misalanya menggunakan strategi:
a.      Pasangan mirip (minimal pairs)
Guru mengucapakan kata yang mengandung bunyi yang akan dilatihkan, kemudian siswa diminta menjawab samakalau mereka menyimak bunyi seperti sama, dan dapat menjawab berbeda jika berdasarkan simakannya berbeda. contohnya dengan guru mengucapakan kata-kata Bang dan kata Bank, maka siswa yang mengatakan berbeda adalah siswa yang benar jawabannya.
b.      Simak – Kerjakan
Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Siswa mereaksi atas perintah guru. Reaksi siswa itu berbentuk perbuatan.
c.        Simak – Terka
Guru mempersiapkan deskripsi sesuatu benda tanpa menyebut nama bendanya. Deskripsi itu disampaikan secara lisan kepada siswa. Kemudian siswa diminta menerka nama benda itu.
d.       Simak –Berantai
Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang siswa. Siswa tersebut membisikkan pesan itu kepada siswa kedua. Siswa kedua membisikkan pesan itu kepada siswa ketiga. Begir\tu seterusnya. Siswa trerakhir menyebuitkan pesan itu dengan suara jelas di depan kelas. Guru memeriksa apakah pesan itu benar-benar sampai pada siswa terakhir atau tidak.
Penggunaan metode tersebut memang sangat efektif, tapi apabila seorang guru ingin berhasil maka seorang guru haruslah menjad conoh atau model yang baik bagi siswanya dalam mengucapkan kosa kata dalam bahasa Indonesia.
2.      Tekanan Kata
Pemenggalan kata menurut sukunya
Dalam bahasa Indonesia ada kata yang bersuku satu, bersuku dua, tiga, empat atau lebih baik berupa kata dasar maupun berbentuk kata berimbuhan. Apabila kata itu dipenggal secara tertulis maka yang harus diperhatikan adalah sukunya atau berupa ejaaannya, tapi kalau kata itu dipenggal secara lisan maka yang harus diperhatikan adalah tekanannya.
Ada beberapa teknik yang dapat dipakai melatih siswamenyimak tekanan kata, antara lain sebagai berikut:
a)      Guru membacakan atau memutarkan dari rekaman atau bahan yang telah dipersiapkan kata-kata sesuai/ tidak sesuai dengan tekanannya. Kemudian siswa disuruh menilai benar salahnya.
b)      Siswa diminta member tanda pada suku kata yang ditekan. Tanda-tanda dapat berupa angka atau garis-garis. Caranya yaitu; guru memberikan kalimat-kalimat yang telah diketik atau ditulis di papan tulis dan siswa-siswa disuruh menyalinnya. Kemudian guru membacakan kalimat demi kalimat dan siswa disuruh mambari tanda pada setiap suku kata yang ditekan. Setelah itu maka siswa disuruh untuk menulis hasilnya di papan tulis, apabila ada yang salah maka guru menjelaskan kesalahan tersebut.
3.      Lagu atau Intonasi Kalimat
Intonasi berwujud rangkaian nada dan jeda dalam mengucapkan suatu kalimat. Ada berbagai cara untuk menandai intonasi suatu kalimat. Cara pertama menggunakan garis. Cara kedua dan ketiga menggunakan angka dengan skala yang berbeda.
Cara mengajarkannya:
a)      Intonasi Kalimat berita
Intonasi kalimta berita yaitu normal yaitu jarang sekali mengandung nada yang sangat tinggi. Lagu kalimat berita bervariasi pula, bergantung pada nada dan jedanya. Perubahan nada dan jeda itu mengakibatkan pula perubahan makna kalimat.
b)     Lagu kalimat Tanya
Intonasi kalimat Tanya berupa lagu Tanya pada bagian kahir sebuah kalimat.
c)      Lagu Kalimat Perintah
Lagu kalimat perintah bergantung ada keras atau lemahnya perintah tersebut.
d)     Lagu Kalimat Inverse
Kalimat inverse adalah kalimat berita yang predikatnya mendahukui subjek. Yang tentu intonasinnya berbeda dengan kalimat dengan susunan normal.
B.     Strategi Menyimak untuk Tujuan yang Lebih Umum
Ada beberapa strrategi dalam pembelajaran menyimak yaitu sebagai berikut:
1.      Strategi Menyimak dan Berpikir Langsung MBL / DLTA (Direct Listening Thinking Activities)

Ø  Pra Simak
Persiapan Menyimak :
a.       Pada tahap ini guru memberitahukan judul cerita yang akan disimak, misalnya “Saat Sendirian di Rumah”.
b.      Berdasarkan judul teresbut guru menanyakan kepada siswa misalnya: “Bagaimana seandainya malam hari sendirian di rumah?”
c.       Untuk membangkitkan imajinasi siswa guru bisa menunjukkan gambar rumah yang gelap.
d.      Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan Apa kira-kira isi cerita yang akan dibacakan, apa yang kira-kira menarik dari cerita itu, bagaimana seandainya peristiwa itu terjadi pada kalian? Dan sebagainya.
Ø  Saat Simak
Guru Membaca Nyaring
a.       Guru membacakan cerita dengan suara nyaring secara menarik dan hidup
b.      Pada bagian tertentu yang dianggap memiliki hubungan dengan prediksi dan tujuan pembelajaran, guru menghentikan pembacaan dan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Misalnya : “Apa kesimpulan yang kalian peroleh, apa yang terjadi kemudian, apa yang terjadi selanjutnya dsb.”
c.       Setelah tanya jawab dianggap cukup, guru melanjutkan membacakan lagi. Dan mengulangi langkah di poin kedua sampai cerita selesai.

Ø  Pasca Simak
Refleksi :
a.       Guru mengakhiri pembacaan cerita
b.      selanjutnya guru meminta siswa untuk mengemukakan kembali isi cerita dan guru meminta pendapat siswa tentang unsur-unsur cerita, misalnya tentang watak tokoh, tentang alur, seting dan sebagainya secara lisan. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan menunjuk siswa maju ke depan untuk menceritakan kembali cerita yang telah dibacakan guru secara bergantian
2. Strategi Pertanyaan Jawaban (PJ)
Ø  Pra Simak
a.       Guru mengemukakan judul bahan simakan
b.      Guru mengajukan pertanyaan berkenaan dengan isi simakan yang akan dibicarakan
Ø  Saat Simak
Guru membacakan materi simakan. Pembacaan dapat dilakukan perbagian dengan diselingi pertanyaan atau dibacakan secara keseluruhan secara langsung
Ø  Pasca Simak
a.       Guru membacakan materi simakan. Pembacaan dapat dilakukan perbagian dengan diselingi pertanyaan atau dibacakan secara keseluruhan secara langsung
b.      Setelah materi simakan selesai dibacakan guru memberi kesempatan kepada siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
c.       Guru mengadakan tanya-jawab dengan siswa.
d.      Siswa mengemukakan kembali informasi yang telah diperoleh, (bisa secara tertulis atau lisan).
3. Strategi Kegiatan Menyimak Secara Langsung/KML ATAU DLA (Direct Listening Activities)
Ø  Pra Simak
Guru mengemukakan tujuan pembelajaran, membacakan judul teks simakan, bertanya jawab dengan siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan judul bahan simakan sebagai upaya untuk pembangkitan skemata siswa. Selanjutnya guru mengemukakan hal-hal pokok yang perlu dipahami siswa dalam menyimak
Ø  Saat Simak
 Guru meminta siswa mendengarkan materi simakan yang dibacakan oleh guru.
Ø  Pasca Simak
a.       Guru melakukan tanya jawab tentang isi simakan. Pertanyaan tidak selalu harus diikat oleh pertanyaan yang terdapat dalam buku. Guru hendaknya menambahkan pertanyaan yang dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa atau masalah lain yang aktual.
b.      Guru memberikan latihan/tugas/kegiatan lain yang berfungsi untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam menyimak.
Ada beberapa tujuan-tujuan menyimak yang hendaknya diajarkan untuk membentuk kemampuan, dan keterampilan-keterampilan yang umum dibutuhkan di dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
a.       Mengingat item-item yang khusus
b.      Memperbaiki kosa kata
c.       Mengikuti alur buah pikiran/ide-ide dan petunjuk-petunjuk lisan
d.      Menentukan ide utama
e.       Menangkap hubungan dalam konteks lisan
f.       Membedakan ide utama dengan ide penunjang
g.      Memperkirakan kesimpulan-kesimpulan dan mengenali pola pengoraganisasian ide
Teknik-teknik pemebelajaran tersebut inti utamanya berporos pada tujuan pemebelajaran itu sendiri, yaitu apa yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran.
C.    Teknik Teknik Pembelajaran Menyimak
1.      Simak ulang ucap
metode simak ulang biasanya digunakan dalam memperkenalkan bunyi bahasa dengan cara mengucapkannya. Guru sebagai model mengucapkan atau memutar rekaman bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, ungkapan, semboyan, kata-kata mutiara dengan pelan-pelan, jelas dan intonasi yang tepat. Siswa meniru ucapan guru.
2.      Identifikasi Kata Kunci
Kalimat yang panjang dapat dicari kalimat intinya. Kalimat inti dibangun oleh beberapa kata kunci yang terdapat dalam kalimat tersebut. Misalnya; guru menyiapkan kalimat panjang, struktur dan pilihan katanya harus sesuai dengan kemampuan siswa. Bahan harus disampaikan secara lisan. Setelah siswa menyimak, siswa harus menentukan beberapa kata kunci yang mewakili pengertian kalimat.
3.      Parafrase
Guru menyiapkan sebuah puisi yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Langkah selanjutnya adalah guru membacakan atau memperdengarkan puisi, siswa menyimak. Setelah selesai menyimak, siswa menceritakan kembali isi puisi dengan kata-kata sendiri.
4.      Merangkum
guru menyiapkan bahan simakan yang cukup panjang, materi atau bahan serta bahasa yang disampaikan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa. Bahan yang telah dipersiapkan tadi disampaikan secara lisan kepada siswa dan siswa menyimak, setelah itu siswa disuruh untuk merangkum.
5.      Pemberian Petunjuk
Teknik pemberian petunjuk ini dilakukan dengan cara guru memberikan sevuah petunjuk, seperti petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah atau letak suatu tempat yang memerlukan sejumlah persyaratan. Petunjuk harus jelas, singkat, dan tepat. Pemberi petunjuk ini dapat dilakukan oleh guru kepada murid atau sesama murid.
6.       Bermain Peran
Bermain peran adalah simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan. Tujuannya adalah (1) melatih siswa untuk menghadapi situasi yang sebenarnya, (2) melatih praktik berbahasa lisan secara intensif, dan (3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya berkomunikasi.
Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang diperankannya. Dari segi bahasa berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa yang sesuai.
7.       Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa terlebih dahulu harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku, dan perlengkapan. Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran. Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan
8.      Bisik Berantai
Guru membisikkan suatu kalimat kepada siswa pertama. Selanjutnya siswa tersebut membisikkan pada siswa berikutnya, demikian samapi terakhir. Tiba pada siswa terakhir, siswa tersebut harus menyebutkan kata yang dibisikkan tadi dengan suara nyaring. Tugas guru adalah melihat apakah kata tersebut sesuai dengan kata yang dibisikkan sebelumnya.

Daftar Pustaka
Daeng, Kembong, dkk. 2010. Pembelajaran Keterampilan Menyimak. Makassar. Tidak diterbitkan.
Hanston. 2010. Metode Pengajaran Bahasa. http://www.google.com. . Diakses pada tanggal 7 Desember 2010.
Fatoni.2009. Pengertian Strategi Pembelajaran Menyimak—Berbicarahttp://www.google.com. . Diakses pada tanggal 7 Desember 2010.
Nuruddin, Muhammad. 2010. Pengertian Strategi Pembelajaran  SD Menyimak—Berbicara.http://www.google.com. . Diakses pada tanggal 7 Desember 2010.

Catatan untuk Mengingat Masa-masa di bangku kuliah dan terus bergelut dengan tugas yang tak ada habisnya> Entah mengapa aku juga merindukannya sekarang.

Filososofi Nikah Bugis (Jilid Tiga)


Acara selanjutnya yang dilaksanakan setelah acara mappaci adalaha sirih pinang, dan akad nikah. Kegiatan akad nikah dilaksanakan di rumah kediaman mempelai wanita yang sebelumnya telah ditata sedemikian rupa dan telah berubah 180 derajat atau disulap menyerupai sebuah istana. Tak mungkin kan sebuah peristiwa yang sangat bersejarah dilaksanakan di tempat yang kumuh.
sumber google
"Dalam menyambut acara akad pernikahan tersebut ada beberapa persiapan yang dilakukan oleh kedua belah pihak keluarga, yaitu:

1.      Keluarga calon mempelai wanita
a.       Dua pasang sesepuh untuk menjemput calon mempelai pria dan memegang Lola menuntun calon mempelai pria memasuki rumah calon mempelai wanita.
b.      Seorang ibu yang bertugas menaburkan Bente (benno) ke calon mempelai pria saat memasuki gerbang kediaman calon mempelai wanita.
c.       Penerima erang-erang atau seserahan.
d.      Penerima tamu.
2.      Keluarga calon mempelai pria
a.       Petugas pembawa leko’ lompo (seserahan/erang-erang), yang terdiri dari:
1)      Gadis-gadis berbaju bodo 12 orang yang bertugas membawa bosara atau keranjangyang berisikan kue-kue dan busana serta kelengkapan assesories calon mempelai wanita.
2)      Petugas pembawa panca terdiri dari 4 orang laki-laki. Panca berisikan 1 tandankelapa, 1 tandan pisang raja, 1 tandan buah lontara, 1 buah labu kuning besar, 1 buah nangka, 7 batang tebu, jeruk seperlunya, buah nenas seperlunya, dan lain-lain.
b.      Perangkat adat, yang terdiri dari:
1)      Seorang laki-laki pembawa tombak.
2)      Anak-anak kecil pembawa ceret 3 orang.
3)      Seorang lelaki dewasa pembawa sundrang (mahar).
4)      Remaja pria 4 orang untuk membawa Lellu (payung persegi empat).
5)      Seorang anak laki-laki bertugas sebagai passappi bunting.
6)      Calon mempelai Pria
7)      Rombongan orang tua
8)      Rombangan saudara kandung
9)      Rombongan sanak keluarga
10)  Rombongan undangan.

Setelah calon mempelai pria beserta rombongan tiba di sekitar kediaman calon mempelai pria, seluruh rombongan diatur sesuai susunan barisan yang telah ditetapkan. Ketika calon mempelai pria telah siap di bawa lellu sesepuh dari pihak calon mempelai wanita datang menjemput dengan mengapit calon mempelai pria dan menggunakan lola menuntun calon mempelai pria menuju gerbang kediaman calon mempelai wanita. Saat tiba di gerbang halaman, calon mempelai pria disiram dengan bente/benno oleh salah seorang sesepuh dari keluarga calon mempelai wanita. kemudian dilanjutkan dengan dialog serah terima pengantin dan penyerahan seserahan leko lompo atau erang-erang. setelah itu calon mempelai pria beserta rombongan memasuki kediaman calon mempelai wanita untuk dinikahkan. kemudian dilakukan pemeriksaan berkas oleh petugas kua dan permohonan ijin calon mempelai wanitakepada kedua orang tua untuk dinikahkan, yang selanjutnya dilakukan dengan prosesi ijab dan qobul.

Setelah acara akad nikah dilaksanakan, mempelai pria menuju ke kamar mempelai wanita, dan berlangsung prosesi acara ketuk pintu, yang dilanjutkan dengan appadongko nikkah/mappasikarawa, penyerahan mahar atau mas kawin dari mempelai pria kepada mempelai wanita. Setelah itu kedua mempelai menuju ke depan pelaminan untuk melakukan prosesi Appla’popporo atau sungkeman kepada kedua orang tua dan sanak keluarga lainnya, yang kemudian dilanjutkan dengan acara pemasangan cincin kawin, nasehat perkawinan, dan doa." (Awshar, 2011)

Disadur dari tulisan Awshar (http://awshar.blogspot.com/2011/12/adat-perkawinan-bugis-makassar.html) dengan perubahan seperlunya

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...