Tampilkan postingan dengan label History. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label History. Tampilkan semua postingan

Selasa, 25 Desember 2012

Aku Rindu

Ku melawan sifat jaimku, menghantam semua idealisme, karakter, dan sifat dasarku hanya untuk sebuah kata. Kata yang sangat susah terucap meski selalu tersirat. Aku tahu bahwa kau butuh sebuah pernyataan yang dapat meyakinkanmu tentang apa yang selama ini selalu tersirat lewat sikapku padamu. Aku tak membenci kata itu dan aku tak takut dengan konsekuensi logis ketika kata itu terucap. Hanya saja aku dulu merasa bahwa kata itu tak semestinya terucap jika hanya untuk membuatmu merasa senang, bukankah berlian indah karena ia langka. Bukankah itu yang membedakannya dengan batu kali? Aku tak ingin kata itu pun menjadi "kata obralan" yang hanya menjadi sebuah pelipur atas sebuah kesedihan dan keraguan. 

Keraguan memang kadang muncul, itu manusiawi bahkan sangat manusiawi. Keraguan padaku pun sangat wajar. Aku tahu bahwa aku memberimu sebuah alur yang sangat tidak elegan. Alur yang memainkan emosi yang bahkan aktor teater pun mungkin tak dapat tahu alur apa yang aku mainkan saat ini. Bukan sebuah alur maju, alur mundur atau bahkan alur zig-zag. Tak ada klimaks yang akhirnya berujung pada antiklimaks, semuanya bercampur aduk dalam sebuah perjalanan yang absurd. Absurd bagimu dan mungkin bagi mereka.   Maaf jika aku berbeda dengan faham empirismu, tapi akan kucoba tuk memasuki duniamu meski kutahu itu tak mungkin sepenuhnya.

Malam ini aku ingin mengatakan bahwa aku "Rindu" padamu. 

Senin, 15 Oktober 2012

Tentang Penalaran I

Hay sahabat blogger, sudah lama aku gak posting yah. Maklum, aku punya banyak kesibukan akhir-akhir ini. Mulai dari aktivitas akademik, organisasi, keluarga, jalan sama sahabat-sahabat dan lain sebagainya. Hmmm,,, kali ini aku ingin bercerita tentang lembagaku yang tinggal menghitung hari aku akan lengser dari jabatan Ketua Umum di lembaga tersebut. Aku akan bercerita tentang awal aku masuk dalam lembaga tersebut, dalam hal ini Lembaga Penelitian Mahasiswa Penalaran Universitas Negeri Makassar, hingga akhirnya saat ini aku telah siap untuk melepas jabatan tertinggi dalam lembaga tersebut.

Aku mulai dari awalnya aku mengenal LPM Penalaran UNM. Pertama kali aku menginjakkan kaki di dunia kampus, aku sudah mulai ikut terlibat dalam kegiatan lembaga kemahasiswaan. Saat itu aku bergabung dalam organisasi daerah yaitu Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Pangkajene dan Kepulauan, beberapa pemimpin-pemimpin lembaga di lembaga tersebut sering kali menyebut LPM Penalaran UNM. Yah ternyata mereka tidak hanya memiliki satu lembaga tetapi juga berlembaga di luar. Mereka pun merekomendasikan saya untuk ikut bergabung di LPM Penalaran UNM. Tapi tahun pertama aku tak bisa ikut perekrutan anggota barunya karena keterbatasan informasi pada saat itu dan juga kesibukan saya waktu itu yang telah bergelut dan menjadi anggota di tiga organisasi berbeda.

Setahun pun berlalu dengan begitu cepat, aku masih ingat jelas waktu itu ketika aku duduk berbincang dengan mahasiswa baru angkatan 2009. Tiba-tiba salah seorang senior yang telah kuanggap sebagai model atau orang yang saya kagumi dalam hal retorika dan keilmuannya (Kanda Arham Rahman) muncul dan menyampaikan informasi yang sangat singkat. Berikut ujaran yang sempat aku ingat "Tabe dek, Kani dari LPM Penalaran UNM akan membuka perkrutan anggota baru, jadi yang berminat silahkan mendaftar secepatnya". kata-kata itu sangat simpel, tapi karena yang mengucapkan kalimat ajakan tersebut adalah orang yang saya kagumi, maka saya berpikir "Orang yang sehebat Kak Arham bergabung dalam lembaga tersebut, pasti orang-orang di dalam lembaga tersebut juga adalah orang yang hebat-hebat". Aku lansung tergugah untuk ikut mendaftar, padahal saat itu akan telah menjadi pengurus di tiga organisasi berbeda.

Sampai di asrama aku menanyakan kepada teman-teman serta seniorku dimana aku bisa mengambil formulir pendaftarannya. Kebetulan saat itu ada teman yang ingin mengambilkan formulir pendaftaran untuk aku. Aku bersyukur saja waktu itu, karena tak perlu lagi mencari sekretariat pandaftaran. Aku isi formulir tersebut dengan segera, ambil foto close up dengan rambut yang kuusahakan serapi mungkin dan untuk pertama kalinya pula aku memakai kemeja lengan panjang saat itu.semua kelengkapan berkas sudah selesai. Aku pun mengumpul formulir tersebut secepatnya. 

Sampai di posko pendaftaran, paitia bertanya "Cari siapa kak?". Aku sebenarnya kaget, kok aku dipanggil kakak? yah mungkin saja karena waktu itu aku masih gondrong. "Iye, mauka kasih kembali formulir". Aku bergegas pulang, meski sempat kudengar para panitia sempat berbincang tentang aku. 

Singkat cerita semua tahapan ku lalui dengan semangat, meski harus mengorbankan beberapa rapat di organisasiku yang lain.  Awal tahun 2010 pengumuman kelulusan peserta PMP OAB XIII sudah keluar dan alhamdulillah aku dinyatakan lulus dan akupun segera registrasi ulang. Hal yang paling aku salut terhadap lembaga ini adalah pelayanan dan profesionalisme kerja.Aku sangat kagum dengan para panitia pengarah. disini ternyata aku tidak hanya menemukan satu "Arham" tetapi banyak "Arham-arham yang lain". Ada beberapa kejadian di Technical Meeting (TM) I yang akan kuingat terus, di TM  itulah aku bertemu dengan sahabatku saat ini Dedi Hidayat yang satu hari sebelumnya adalah musuhku dalam tawuran. Maklum satu hari sebelum TM I ada tawuran mahasiswa antara FT dan FBS sedang aku dan Dedi ikut dalam tawuran tersebut. Aku memperkenalkan diri serta asal fakultas dan diapun begitu, tak ada perbincangan panjang. Aku sangat ingat waktu itu dia pake slayer batik khas teknik dan aku memakai jaket dengan pembungkus kepala untuk menutupi rambutku yang lumayan panjang saat itu. 
Suasana TM I

Sebuah kejadian lucu pun sempat terjadi saat pembacaan tata tertib TM II yaitu saat aturan tidak boleh merokok dalam lokasi PPTD, sontak saja aku tidak terima. Tapi aku takut untuk menyampaikan hal tersebut, takut aku digugurkan. Malah kemudian timbul saat Paper bertanya siapa yang merokok di sini? pastinya aku tak mau angkat tangan. Tapi, karena saya merokok bersama kak Arham yang notabenenya adalah salah satu Panitia pengarah dalam PMP OAB tersebut jadi tentunya ia tahu tentang hal tersebut. Dengan nada bercanda kak Arham menunjukiku dan mengatakan "Kenapa tidak angkat tanganko kau wahyu, biar merk rokokmu itu kutahu tong?". Aku akhirnya angkat tangan sendiri. Hehehe

Ntar kulanjut ceritanya yah....!!!!!

Jumat, 12 Oktober 2012

Bisakah Kita Bersatu?

Langit parang tambung kembali menghitam dengan kepulan asap yang membumbung tinggi menyesakkan pandangan. Akupun kembali menyaksikan sebuah keboborokan bersikap para kaum yang notabene calon pendidik. Aku sebenarnya sudah jenuh dengan pemandangan seperti itu,karena ada pemandangan lain yang jauh lebih indah di kampus ini. Ada kekeluargaan yang terbangun di lembaga-lembaga kemahasiswaan, ada cinta kasih yang terbangun di ruang-ruang kelas, ada diskusi-diskusi kecil yang terbangun dengan teman sejawat, ada senyum dan canda tawa yang tercipta di setiap momen, namun semuanya hilang dan berganti dengan duka ketika dentungan tiang listrik pertanda perang saudara kembali bergeming.

Aku hanya mampu duduk dan menyaksikan kejadian tersebut tanpa mampu berbuat lebih banyak. Aku ingat bebarapa waktu yang lalu, beberapa tawuran sebelumnya aku akan ikut meramaikan pentas kebobrokan tersebut. Bersama membangun solidaritas naif dan lebih tepatnya sikap "Talekang", bersama saling melempar batu, kadang pula aku melempari saudaraku yang notabenenya adalah sahabat karib saya, teman makan, teman jalan, bahkan bantal pun kita bagi untuk tidur. Bodoh! Kenapa mesti kita membangun sekat dinatara kita, kenapa mesti ada kluster diantara kita? Kita kan berada dalam satu almamater? Terus apa yang ingin kita perjuangkan sebenarnya? Mau berdalih itu adalah "Siri"? Tidak itu bukan Siri tapi sebuah kebobrokan berpikir.

Lelah juga rasanya mengumpat dalam hati dan tulisan ini, namu akupun tak mampu berbuat apa-apa saat gedung-gedung perkuliahanku dibakar, motor-motor saudaraku dibakar, darah-darah suadaraku tertumpah dan nyawa-nyawa saudaraku dengan mudahnya dicabut. Kenapa kita tak bisa berdamaikah? apa msalahanya kah kalau kita duduk bersama, ngopi bareng, merokok bersama, dan saling bercerita tentang cinta, masa depan, balapan, bola atau apalah. Kan asyk, iya kan? Semoga saja bisa berdamai nantinya dan semoga tak ada lagi air mata yang tertumpah.

Maaf tulisannya tak seperti biasanya, maklum tulisan yang dibuat dengan suasana hati yang tidak tenang.

Kamis, 04 Oktober 2012

Sebenarnya Sakit

Senyum bukanlah pertanda kalau aku tak sakit. Kadang ku harus menutupi sakit dengan senyuman atau bahkan dengan gurauan agar kau tak menganggap aku manja dan lemah. Air mata bagiku hanyalah untuk sebuah kepergian bukan untuk sebuah kesakitan. Mungkin kau bisa mengalirkan air mata untukku jika aku kembali tak peduli akan sakitmu, namun sebenarnya kaupun kadang membuatku sakit namun tanpa air mata.

Aku berbeda dan kaupun berbeda, kita ini unik. Kita selalu mengatakan bahwa kita tegar. Padahal tidak kan? kita ini lemah, hati kita masih menguasai perasaan dan gerak kita. Hanya saja kita mencoba melawan hal tersebut dengan kepura-puraan. 

Ujung Akhir dari cerita kita? Akupun tak tahu seperti apa. Entahlah? Semoga indah. :)

Tanya dan Sapa

Sumber
Hay gadis lesung pipit dengan gaun hijau membalut tubuh, bolehkah aku bertanya pagi ini? Kemarin aku merasa kau kembali meragu, mungkin tak sekadar meragu. Itu wajar bagimu dengan jawaban-jawaban singkat yang kuberikan dengan hiasan titik dua balas kurung di ujung setiap ujarku. "Menjengkelkan", mungkin. Aku mungkin menjengkelkan bagimu, bahkan lebih dari kata itu. Saya mahfum atas itu semua, toh aku memang seperti itu.

Hay gadis lesung pipit dengan gaun hijau membalut tubuh, bolehkah aku bertanya pagi ini? masihkah kau marah padaku? aku tahu akan sulit untuk menyembuhkan luka itu, luka yang mungkin sangat dalam. Angkuh, cuek dan abai adalah diriku menurutmu, iya kan? Bahkan kau merasa aneh jika tiba-tiba ada pesanku yang sampai di pagi hari atau di ujung malam. Yah, bahkan hanya untuk menanyakan kabar saja aku jarang sekali.

Hay gadis lesung pipit dengan gaun hijau membalut tubuh, bolehkah aku bertanya pagi ini? masihkah kau dengan persefsimu yang mungkin terdengar sangat tidak indah. Itulah kita, seolah mengerti semua tentang orang lain hanya atas dasar persefsi. Kita terlalu mudah untuk hal itu. Sedang kita pun kembali terisak karenanya, iya kan? Aku tahu kau kembali terisak kemarin, walau kau berusaha kau tutupi itu dengan beberapa ujaran ketegaran.

Hay gadis lesung pipit dengan gaun hijau membalut tubuh, bolehkah aku menyapamu pagi ini? Aku hanya ingin menyapamu dengan singkat, hanya sekadar katakan hay. Mungkin aku akan rindu dengan celoteh panjangmu, jawaban judesmu, tertawa lepasmu, jutekmu, sensimu, perhatianmu, dan semua tentangmu, apakah kau juga begitu?

Hay gadis lesung pipit dengan gaun hijau membalut tubuh, bolehkah aku katakan maaf pagi ini? "Maaf" kata yang sangat susah kukatakan dulu padamu, namun jarak membuatku ingin mengatakan kata itu. terlalu banyak air mata yang telah kita cipta hanya karena angkuhku tuk katakan "maaf". Hanya saja aku merasa kata maaf, sayang dan cinta adalah kata yang sakral dan sulit tuk diucap begitu saja. 

Hay gadis lesung pipit dengan gaun hijau membalut tubuh, bolehkah aku bertanya pagi ini? masihkah kau mau menjawab ketika aku bertanya? dan masih inginkah dirimu marah saat aku sakit dan tak memberi kabar padamu? masihkah dirimu ingin berceloteh panjang saat aku terjatuh karena sifat ugal-ugalanku? maaf telah banyak bertanya, tak usah kau jelaskan semuanya. "Kan semuanya tak perlu dijelaskan" Iya kan? :)

Senin, 01 Oktober 2012

Training of Trainer (ToT)

Masih teringat beberapa minggu yang lalu saat saya berbincang dengan dua orang senior saya yang telah saya anggap sebagai seorang kakak. Saat itu kita berbincang tentang beberapa program kerja yang belum terselesaikan. Padahal jika dilihat dari jarak waktu untuk akhir kepengurusan sudah tak bisa dikatakan lama lagi. Yah, aku memang kadang harus diingatkan saat aku mulai lupa dengan hal-hal yang sangat krusial. 

Aku pertamanya sangat optimis bahwa semua program kerja dapat terselesaiukan tepat pada waktunya, utamanya Training of Trainer (ToT) yang merupakan program kerja bidang Pendidikan dan Pelatihan. Namun, dengan seabrek kesibukan dan beberapa program kerja yang belum terselesaikan hingga menjelang September, optimisme tersebut mulai memudar.

"Sahabat selalu memberi keajaiban dan kekuatan magis", yah mungkin terdengar aneh, namun itulah yang terjadi, setelah pelaksanaan Karya Bakti Ilmiah dan Workshop PKM yang berjalan cukup lancar dan sukses, optimisme tersebut kembali hadir. Mulailah disusun kepanitiaan meskipun dengan range waktu yang sangat singkat. dan dengan berbagai permasalahan yang terjadi pra pelaksanaan acara. 

Setelah pembetukan panitia dan perubahan komposisi kepanitiaan, maka mulailah saya, pengurus, dan kepanitiaan secara umum(SC dan OC) disibukkan dengan tanggung jawab masing-masing, baik itu tanggung jawab yang tertulis di Pedoman organisasi maupun tanggung jawab yang memang melengket dalam hati. Bolak-balik rumah nalar-Rektorat merupakan kegiatan rutin yang saya tekuni, mendampingi panitia melakukan pengumpulan dana, serta mengontrol kesiapan pelaksanaan kegiatan menjadi aktivitas keseharianku selama beberapa minggu.

Aku pun kadang harus merasa tidak enak kepada kakak-kakak atau lebih tepatnya teman-teman SC karena kami seumuran, yang harus begadang dan pulang tengah malam ke kost mereka padahal beberapa dari mereka adalah cewek. Terima kasih, telah bersama menyukseskan kegiatan ini saudara. Saya pun kagum dengan kepanitiaan, meskipun masih ada banyak celah dari kepanitian di sana-sini, serta kekeliruan-kekeliruan yang harusnya tidak terjadi. Tapi saya yakin bahwa itu di luar kuasa kalian. 

"Lembaga ini adalah keluarga, bukan sekadar organisasi", itu adalah kalimat yang entah telah berapa kali saya ucapkan, dan kali ini saya kembali tersadar akan hal itu. Alumni LPM Penalaran yang saya yakin pasti punya banyak kesibukan masih menyempatkan waktunya untuk hadir membawakan materi hanya untuk kami. Terima kasih atas pengorbanan materi, waktu, dan ilmunya kakak. 

Terima kasih atas optimisme semua elemen yang kalian salurkan, kegiatan yang awalnya kita rencanakan diadakan dengan konsep sederhana dan hanya dilaksanakan di sekretariata atau paling tidak hanya di dalam kota akhirnya bisa kita laksanakan di luar dari pikiran awal kita. 

Akhirnya program kerja itu telah terlaksana, kamu pasti senang kan "Nisha". Saya sebut namamu dalam tulisanku ini karena kaulah yang paling sering mengingatkan saya tentang kewajiban kita ini. Akhirnya terima kasih untuk semuanya yang telah mendukung kesuksesan kegiatan ini, semoga kader yang dilahirkan di ToT ini sesuai dengan tujuan dilaksanakan ToT ini.

Jumat, 28 September 2012

Training Of Trainer LPM Penalaran UNM

Peningkatan sumber daya anggota dalam sebuah organisasi adalah hal yang mutlak. Hal tersebut karena sebuah lembaga khususnya lembaga kemahasiswaan sangat bergantung dari kader yang dihasilkan. Kaderisasi dalam sebuah lembaga dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Baik itu secara alami dalam hal ini pendampingan secara lansung ataukah melalui kegiatan pelatihan atau sering disebut pengkaderan.

Lembaga Penelitian Mahasiswa Penalaran Universitas Negeri Makassar sebagai salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa tingkat universitas dalam sejarahnya telah menelorkan kader-kader yang plural dalam hal orientasi keilmuan. Proses kaderisasinya pun sangat beragam, mulau dari pengkaderan secara alami, diskusi, hingga kegiatan pelatihan bagi anggota.

Pelatihan tingkat lanjut untuk pertama kalinya dilaksanakan pada periode ini yaitu salah satu program kerja bidang Diklat, Kegiatan Training of teriner ini diadakan di Malino Kabupaten Gowa. Aku mau sholat jadi sudah dulu yah. Hahahaha

untitled

Cuman mau bilang aku ngantuk, insomnia ini kapan sembuh.

Selasa, 25 September 2012

Koboy Kampus

Tiba-tiba saja tersadar ketika mendengar lagu The Panas Dalam "Koboi Kampus". 

Sumber



Koboi Kampus

The Panas Dalam

Lalu kapan saya akan di Wisuda
Adik kelas sudah lebih dulu
Rasa cemas merasa masih begini
Temen baik sudah di DO
Orang tua di desa menunggu
Calon istri gelisah menanti
Orang desa sudah banyak menganggap
Aku jaya di negeri orang
Tolonglah diriku …
Koboi kampus yang banyak kasus
Hatiku cemas …
Gelisah sepanjang waktu-waktuku
Kalau bisa bantulah aku
Luluskan apa adanya
Bagaimna? begitu saja
Nanti kaya bapak dibagi
Tolonglah diriku …
Koboi kampus yang banyak kasus
Hatiku cemas …
Gelisah sepanjang hari-hariku
Maafkan aku ayah …


Mudah-mudahan cepat sarjana wahyu. Semangat!

Minggu, 23 September 2012

Terisak Kembali

Sumber
Kau kembali terisak karenaku. Sedang aku masih dalam keangkuhan pikirku, terus berada dalam "abai" yang belum bisa kusibak saat ini. "Rumit" itu yang kita rasa saat ini. Kadang kita harus saling bersitegang, merajuk, dan kemudian kembali ke pembaringan hanya untuk sekadar menikmati isak tangis yang kita cipta sendiri. Mengapa? Tak usah kita jawab. Cukup hati yang tahu mengapa. Karena tak semua harus di jelaskan. Iya kan?

Maaf dan Sayang, mungkin kata itu sudah terdengar sangat membosankan, menjenuhkan, atau tak lagi berharga. Setidaknya aku ingin berterima kasih pada kata itu, karena dia yang mampu menyatukan kita kala kita telah jenuh ditemani bulir air mata. Kau mungkin kehilangan bintang namun tak akan kehilangan cahaya dari bintang itu yang terus bersinar di kau. 

Kemarin kita telah bercerita banyak, tentang demokrasi, tentang mereka yang pernah hidup di hati kita, tentang  kuliah, dan tentang masa depan atau ending dari cerita rumit ini. Kita memang unik, kita tak sadar telah memulai sesuatu yang menjadi rumit dan tak tahu pula akhir dari cerita rumit itu. Satu kata yang selalu "Kita" yakini bahwa cerita ini akan "Happy Ending"

Unik, yah seperti itulah. Pertemuan kita pun terkesan unik, terlebih lagi karakter kita yang seperti ingin menyatukan api dengan api. Keras hati, itulah kita. "Jaim" itu pula yang menjadi pembatas rasa ini. Aku ingat pertama kali kita bertemu, kita saling acuh namun saling berbagi tatap. Setelahnya entahlah entah, rasa itu telah tumbuh. Mulai memberi arti dalam benak tanya. apakah ini? 

Belum sempat tanya itu terjawab, Tuhan menciptakan jarak agar kita mengerti akan arti rindu. Saat rindu itu telah membuncah, kita pun mengerti bahwa ada rasa yang telah mengikat kita. Tuhan pun mempertemukan kita kembali dengan tatapan yang masih sama seperti dulu, tetap lembut dalam ketajaman dan kerasnya hati. Saat tatap itu telah bertemu aku pun tahu, inilah yang hilang dulu dari aku. 

Aku ingin katakan padamu. Maaf telah membawamu dalam cerita rumit ini, tapi yakinlah ketika labirin ini telah kita selesaikan, kita akan menemukan senyum yang terus merekah tanpa ada lagi bulir air mata yang jatuh. Gadisku, tersenyumlah dengan lesung pipitmu. 

"Simpan bulir air mata itu untuk tangis haru dan kebahagiaan nantinya, yakin akan hal itu"

Milad LPM penalaran ke-14

September, Aku selalu senang dengan bulan ini. Sama seperti senangnya aku melihat kutilang yang berpindah di ranting-ranting basah depan rumah. Sebuah analogi yang sangat bersebelahan dan sangat tidak ngonteks. Ketimpangan, mungkin. Satu yang jelas bahwa September selalu mampu membuatku menyunggingkan senyum dan menarik ke dua tepi bibirku untuk saling menjauh. 

Sebuah senyum kembali tersungging kemarin. Aku tak tahu mengapa aku sangat senang meskipun dengan kondisi tubuh yang kurang sehat. Aku terinngat dua tahun yang lalu, saat aku belum menjadi anggota dalam keluarga baruku ini.Andai waktu itu aku tak lulus mungkin aku tak akan kenal dengan mereka. Mereka yang sekarang menjadi saudaraku. 

Aku ingin katakan bahwa kemarin adalah hari ulang tahun semua anggota mulai dari angkatan pertama hingga angkatan terakhir LPM Penalaran UNM. Tanggal 22 September 2012 adalah hari ulang tahun ke 14 untuk lembagaku. Lembaga yang telah mampu merubah dan mendesainku hingga seperti sekarang ini. Aku katakan bahwa aku belum hebat, belum jago, belum cerdas tapi setidaknya ada hal lain yang saya rasa lebih penting dalam hidupku. Tak perlulah saya jelaskan, karena tak semua mesti dijelaskan. Iya kan?

Intinya  aku hanya ingin katakan "Selamat Ulang Tahun untuk LPM Penalaran UNM yang ke-14 semoga tetap jaya, kami akan tetap menjagamu dalam bingkai kekeluargaan kami"


Jumat, 21 September 2012

Rumah Peradaban, Kampung Peradaban

Sejak aku menjadi mahasiswa aku tak pernah merasa jauh dari keluarga. Sebab di sini, di kota yang wajahnya tiap hari dipenuhi dengan asap kendaraan aku menemukan kelaurga baru. Keluarga sekaligus teman berbagi, bercerita, berkelana, gila-gilaan dan teman berbagi bahak dan juga tangis. Dari sekian banyak keluargaku di Makassar, sekarang aku sangat betah untuk bercengkrama dengan "keluarga nalarku". 

Aku sebenarnya belum terlalu lama berada dalam keluarga tersebut. Aku mulai bergabung di keluarga tersebut tahun 2010 silam, namun aku merasa telah manjadi bagian dari keluarga tersebut. Aku dulunya menjadi anak termuda dalam keluarga tersebut. Dimanja dan selalu mendapat bimbingan dari kakak-kakaknya. Sekarang aku hampir menjadi orang yang paling tua dalam keluarga tersebut. Kenangan pun sudah banyak yang terukir di bawah atap yang kami sebut rumah peradaban. 

Rumah peradaban itu setiap paginya pasti lengang, sunyi, dan kadang hanya suara TV yang tak pernah berhenti mengoceh mulai dari terbenamnya matahari. "Bangun meki nak, ada roti bakar sama susu di meja" itu adalah kalimat sindiran yang sangat melekat dan seringkali terucap dari bibir sahabat kala matahari telah menerobos masuk ke dalam kamar. Pernah kami harus mencuci 83 piring, 32 mangkok, lusinan gelas dan sendok hingga kami harus meluruskan badan setelahnya. Pernah juga kami harus mengangkat sampah hingga beberapa kali ke mobil sampah. Namun, dibalik semua itu banyak kisah manis yang terukir di sana.

Mungkin nanti kita masih akan antri untuk mandi, ketuk-ketuk kamar untuk meminta menyegerakan mandi. Berbagi bantal dan kasur dan harus mengatur kipas angin sebagai pengusir nyamuk. Bantal kami di rumah tersebut adalah sandaran sofa, tapi satu yang agak susah yaitu masalah kipas angin. Aku gak suka pakai kipas angin kalau mau tidur sedangkan teman yang lain sangat suka sehingga aku harus cari tempat tidur yang jauh dari kipas. Satu hal yang tak boleh kita tinggalkan kawan, aku ingin kita masih bisa makan bersama dengan beralaskan daun pisang yang dibentangkan panjang. Sungguh itu sangat nikmat.

Mungkin kita tidak akan pernah lagi melihat si Sumriani, Musdalifah ataukah siswa-siswa SMP yang tiap hari lewat depan rumah. Atau mungkin pula kita akan senang karena tak akan lagi bertemu dengan Irwan. Hahahaha. Semoga tak ada Irwan varu saudara. Sekarang kita sudah pindah rumah. Sekarang kita tak lagi berada di rumah peradaban. Aku ingin menyebutnya kampung peradaban. Di sini kita akan mengukir cerita baru, kisah baru dan tentu prestasi baru. 

Selamat tinggal rumah peradaban dan selamat datang di Kampung Peradaban

Rabu, 19 September 2012

Workshop PKM LPM Penalarn UNM 2012

Peserta Workshop di Lantai Satu
Hari ini aku akan bercerita tentang kegiatan Workshop Program Kreativitas Mahasiswa yang kami laksanakan Minggu, 16 September 2012 lalu. Kegiatan ini merupakan Program Kerja Eksternal Terakhir di Masa jabatanku sebagai Ketua Umum Lembaga Penelitian Mahasiswa Penalaran Universitas Negeri Makassar. Saya akan memulai bercerita mulai dari H-1 pelaksanaan kegiatan. Malam menyambut kegiatan yang biasanya kami anggap biasa kini berubah menjadi sebuah kegiatan akbar yang mesti mendapat perhatian lebih dari kami para laskar nalar. Bukan pada permasalahan finansial seperti yang biasanya dialami dalam setiap kepanitian, tetapi pada sebuah kondisi yang membuat kami harus bahagia sekaligus bingung. Jumlah peserta yang ingin mendaftar untuk mengikuti workshop yang dihadapkan dengan kapasitas ruangan yang tidak mumpuni. Target peserta 500 mahasiswa ternyata bukanlah sebuah hal yang mustahil bahkan panitia mampu melampaui target tersebut. Respon akan hal tersebut yaitu dengan persiapan yang harus ekstra keras. Taktis yang kami gunakan untuk merespon kondisi tersebut yaitu menyusun kursi hingga mau rapat dengan podium, tak ada celah yang terbuang, bahkan lantai dua pun harus terisi. Sekadar gambaran gedung ini belum pernah kami gunakan sebelumnya, karena biasanya kami melaksanakan workshop ini di Gedung Rektorat lantai 3 Universitas Negeri Makassar dengan kapasitas ruangan 250 mahasiswa. 

Malam semakin larut, sedang aku dan para laskar nalar masih bergelut dengan kursi, tangga, spanduk, meja, sofa, palu, paku bahkan selotip. Sadar bahwa besok pasti akan banyak agenda yang lebih krusial kami memutuskan untuk menyelesaikan segala sesuatu yang bisa kami ketja malam itu. Setelah ruangan ditata sedemikian rupa kami pergi membeli air mineral gelas untuk peserta dan panitia besoknya. Jumlah kami sebenarnya telah berkurang karena sebagian dari kami harus mengikuti Lounching Buku Risalah Rindu yang sebenarnya saya pun punya tulisan (3 buah puisi) dalam buku tersebut. Tapi tak apalah, toh ini lebih penting menurutku. Akhirnya selesai juga  pekerjaan malam itu, kami pun beranjak pulang.

Sampai di Rumah Nalar (Sekretariat LPM Penalaran UNM), kami pun disuguhi pekerjaan administratif untuk kelancaran acara esok paginya. Hal-hal kecil namun urgen seperti daftar hadir peserta, sertifikat, lembar kerja untuk peserta dan lain sebagainya kami rampungkan. Sebenaranya aku tak terlalu bekerja keras untuk hal itu karena telah ada kepanitian yang kami bentuk dari pengurus, saya hanya mendampingi mereka, toh mereka sangat hebat dan profesional dalam mengerjakan tanggung jawab mereka. Aku tak tahu pukul berapa saya terlelap namun yang pastinya aku lebih cepat terlelap dari ketua panitian yang harus tidur menjelang adzan subuh berkumandang. 

Pagi pun menjemput harapan, tak seperti biasanya pagi ini aku begitu bersemangat. Aku tak tahu apakah karena semangat yang menggebu atau karena ketakutan yang menghampiriku, ketakutan kegiatan ini tidak berjalan dengan sukses dan lancar. Entahlah? Pagi itu aku hanya mengungkapkan perasaanku, marahku pagi itu untuk seseorang yang seolah tak peduli dengan perjuangan kami. Walau sebenarnya aku tahu ia mungkin terlalu lelah dengan aktivitasnya. Yah, kami harus saling memahami perasaan dalam setiap kepanitiaan. Karena solidaritas, kebersamaan dan kekeluargaan berada diatas segalanya dalam sebuah organisasi atau lebih tepatnya kami katakan sebagai keluarga nalar.

Pemberian Plakat kepada Pemateri
Aku sengaja berangkat lebih lambat dibanding anggota yang lain, aku ingin memastikan semua perlengkapan telah dibawa. Setelah semuanya berangkat aku pun berangkat ke Gedung Program Pasca Sarjana lantai 5 Universitas Negeri Makassar tempat Workshop tersebut digelar. Peserta telah lumayan banyak memenuhi tempat administrasi dan sebagian lainnya telah berada dalam ruangan yang lumayan megah. Saya mengambil tempat duduk di sofa paling depan sambil memperhatikan panitia yang masih sibuk untuk mengecek segala persiapan. Arlojiku kini menunjukkan pukul 08.30, peserta pun telah membludak, yah sekitar 400 orang lebih. Aku memutuskan untuk menghubungi pak Rektor (Prof. Dr. Arismunandar, M.Pd). Jawabnya singkat "OK", setelah itu aku juga menghubungi Pembantu Rektor III (Prof. Dr. Heri Tahir, S.H, M.H), katanya beliau dalam perjalanan. Aku mulai tenang.
Setelah 15 menit berlalu saya putuskan untuk menunggu Pak Rektor di Loby lantai satu bersama dua orang pengurusku, pas mau masuk lift ternyata Pak Rektor ada dalam lift tersebut. Aku pun menjabat tangan beliau dan mengantar beliau masuk dan duduk di samping beliau di tempat yang telah kami sediakan sebelumnya. Acara pun kami mulai pada pukul 09.00. Permbukaan oleh MC, Pembacaan ayat suci Al-Quran, dan ketika laporan ketua panitia Pak Pembantu Rektor III pun tiba di lokasi, Sambutan Ketua Umum ( Aku Sendiri), Sambutan PR III dan Sambuatan serta dibukanya secara resmi kegiatan oleh Rektor Universitas Negeri Makassar.
Aku duduk diantara pimpinan Universitas Negeri Makassar tersebut sambil berbincang tentang kelembagaan dan dunia kemahasiswaan secara umum. Banyak hal yang kami bicarakan, mulai dari sinergitas visi misi lembaga kemahasiswaan denga visi universitas, harapan mahasiswa dan harapan pimpinan, bahkan potensi yang belum termaksimalkan untuk bersaing dengan kampus-kampus lain di luar Sulawesi.

Foto Bareng Setelah Kegiatan
(Maaf yang lagi bersih-bersih gak kebagian foto) Hehehe
  

Kita bisa kawan, karena kita punya keinginan dan semangat.

Kamis, 13 September 2012

Merekam Senyum

Senyum
Jam di Arloji saya telah menunjukkan pukul 00.15, jemari saya masih menari di keyboard laptop saya. Aku sebenarnya tak sibuk dengan tugasku namun saya menanti sesuatu dari seseorang yang sebenarnya saya anggap spesial. Tak ada pertanda akan hal itu, inginku mananyakan apakah dia lupa? tapi aku tak ingin karena stimulus ia mengatakan itu. Kuingin itu lahir dari karena ia memang ingat dengan saya. Waktu pun berlalu dengan begitu cepat, akukini sendiri di sudut kamar ditemani dengkuran sahabat yang lelah karena kesibukan mereka siang harinya.Aku sudah melupakan semuanya, ah mungkin ia sudah tidur! pikirku saat itu.Tiba-tiba sepotong lilin datang dengan alunan lagu yang bagi saya sangat klasik "Happy Birth Day to You". Hadirmu dini hari itu memberi senyum yang akan terekam sekarang dan nanti, senyummu saat itu adalah senyuman yang ingin kulihat selalu sekarang dan nanti. Kita pun meniup lilin tersebut secara bersamaan dan aku harus bertanya mengapa mesti kau harus mengharu biru di malam ini? Kau tak menjawabnya, dan akupun tak mau memaksamu tuk mengatakan alasannya. Yah sudahlah, mungkin ada harap yang kau simpan untukku sekarang dan nanti.

Unik! itu hal terucap dariku saat kau berikan Pir dan Apel yang katamu itu adalah buah kesukaanmu. Kau kupas dengan dengan lembut yang kemudian kau berikan untukku kemudian untukmu lagi. Aku menyela pembicaraan? saya kira kamu lupa? tanyaku. Mana bisa aku lupa. jawabmu dengan cuekmu yang khas. Kenapa mesti buah pear dan apel? aku ingin aku beda dengan mereka. Kita pun kembali dalam suasana yang hening saling berbagi indah dan senyum. Ingin kurekam senyummu saat itu, tersungging dengan alami dengan lesung pipitmu. Setelah cukup lama kita bercengkrama kita pun harus berpisah.

Pagi hari aku kembali pada hariku seperti biasanya, kulihat garis waktuku di profil Facebook telah penuh dengan ucapan dan doa pengiring. Tak ada yang cukup spesial namun sangat membahagiakan mendapat ucapan dan doa dari para sahabat.

Malam pun tiba, setelah seharian disibukkan dengan beberapa aktivitas aku segera pergi ke temapt tidur. Seperti biasa saya menatap layar laptopku yang setiap malam menemaniku, sementara sauadaraku (sahabat nalar) masih berbincang tentang tema yang beraneka ragam di luar sana. Tiba-tiba sebuah surprise kaliian berikan, sebuah kue Ulang tahun dengan namaku tertulis diatasnya, "selamat ulang tahun Pak Ketua" kata kalian. Aku hanya bisa terdiam, terharu dan menahan sisi melan yang sebenarnya ingin membuncah. Aku tak tahu maksud dari tujuh buah lilin di atas kue itu, tapi kuanggap saja kalau kalian tahu aku suka dengan angka tujuh (Hehehe). Harapan pun terucap malam itu. Acara pun dilanjutkan dengan hal yang tak perlu saya ceritakan. Cukup aku dan kalian yang merekam semuanya. Terima kasih atas semua senyuman, doa dan surprise ini.

Tulisan untuk seorang yang spesial yang telah memberikan senyum di malam itu, sahabat dan lebih tepatnya saudaraku yang memberikan hal yang tak kuduga sebelumnya dan untuk pesan singkat yang dikirimkan oleh sahabat lamaku dari bumi Sawerigading dan adek saya di lokasi KKN nya, serta semua ucapan dan doa di time line Facebook saya. Thanks yah sob.

Rabu, 05 September 2012

Api dan Hangatnya

Sumber
Hay Bintang, lama tak bercerita padamu. Rasanya aku rindu dengan manjamu, celotehmu, senyummu, dan semua tentangmu. Hari ini aku ingin bercerita padamu tentang Api. Yah api! Tak usahlah kau bertanya tentang siapa api, mengapa harus api dan ada apa dengan api? Api itu adalah temanku, sahabatku, atau mungkinn kekasihku. Aku pernah bercerita panjang dengannya hingga ujungnya  ia pun mengoceh panjang lebar hingga lewat tengah malam. Tiap kali ia berceloteh aku seakan ingin mendengarnya lebih lama dan lebih lama lagi. Ini mungkin terdengar aneh, mengapa aku senang dengar ia mengoceh.

Kadang, ketika ia tak berbinar aku menuangkan secarik kertas dengan gambar wajahku yang seakan mengejek dirinya :P. Yah, aku sengaja akan hal itu. Aku kadang rindu dengan hangatnya atau bahkan panasnya. Kadang ia pun mampu memberikan hangatnya padaku, walau kutahu saat itu ia tak cukup panas untuk menhangatkan dirinya. Aku senang telah mampu memegang panasnya dan menyimpannya dalam hati, kadang panas itu saya jadikan penyulut kadang aku beku dalam kekosongan dan kehampaan.

Api pernah berkata padaku kalau ia punya mimpi untuk membangun rumah mungil dari kayu dan ia akan memberikan hangatnya untuk keluarga kecil kami nantinya. Ia tak ingin rumah yang besar, karena katanya ia takut kalau hangatnya tak mampu menghangatkan aku dan anak-anak kami kelak. Aku pun pernah berpikir akan hal itu, kami pun tak mau membuat rumah yang sangat tinggi, cukuplah dua lantai. Lantai pertama adalah tempat kami akan saling berbagi hangat dan lantai ke dua kami akan buat balkon  tempat kami bertanam rumput layaknya taman mungil serta melihat bintang di sana. 

Hari itu mungkin kami akan seperti Raggiana Bird of Paradise dalam kehangatan pohon Boab Prison. Kami akan berlindung dan saling berbagi sayang dalam peluknya dan di pucuknya kami akan saling berbagi mimpi dan harapan. Hari itu mungkin kau tak akan mengoceh lagi tentang jadwal makanku, sakitku, cuekku dan mungkin pula kekakuanku. Sebab, aku tahu bahwa engkau nantinya mampu melebur semuanya itu dariku. Sebab kau api yang hangat dan akan tetap memberi hangat untukku. 

Tetaplah pada dirimu, tetaplah menjadi api yang manja, api yang cerewet dan api yang hangat.

Senin, 03 September 2012

Perahu Kertas



Sumber
Masih ranum pagi ini, aku kembali bergulat pada asa yang semakin meninggi, hingga terlahir sebuah melodi yang sangat ingin kudengar kembali. Kemarin aku mendengarnya secara tak sengaja lewat Mp3 yang diputar oleh temanku. Liriknya sederhana namun otakku seakan me recall semua memori masa lampau kala aku mendengar lagu itu. Aku hanya ingin menuliskan lirik lagunya dalam tulisanku kali ini agar aku mampu mengingatnya nanti bahwa lagu ini pernah mengingatkanmu tentangmu (Untuk seorang wanita yang sangat senang membaca novel Dee)



Perahu Kertas
Oleh : Maudy Ayunda

Perahu kertasku kan melaju
Membawa surat cinta bagimu
Kata-kata yang sedikit gila
Tapi ini adanya

Perahu kertas mengingatkanku
Betapa ajaibnya hidup ini
Mencari-cari tambatan hati
Kau sahabatku sendiri

Hidupkan lagi mimpi-mimpi
(cinta-cinta) cita-cita
Yang lama ku pendam sendiri
Berdua ku bisa percaya

Reff:
Ku bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada di antara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu

Tiada lagi yang mampu berdiri halangi rasaku
Cintaku padamu…

Sabtu, 25 Agustus 2012

Pemimpi di Ujung Mimpi

Sumber Gambar

Teringat beberapa kemarau kemarin saat aku berbincang sambil menatap kedua bola matamu yang memulai menguning termakan oleh rentanya senja. Kulitmu pun tak sekencang dulu lagi, tak lagi mengkilap bagai klem yang baru dipernis. Gerakmu pun  mulai melambat, bahkan primadona di atas kepalamu pun yang dulunya sangat enkau banggakan kini mulai memudar. Aku tahu itu bukan hanya karena senja, tetapi karena lelah untuk memanusiakan titisan yang dititip Tuhan padamu. Kala itu kita berbincang tentang harapan dan cita-cita. Aku yang masih terlihat lugu dan tak pernah berpikir "visioner" dengan sanatai menjawab "aku ingin  berlayar mengelilingi dunia". Yah, itu cita-citaku sejak dulu. Mungkin karena darah pelaut yang engkau titiskan padaku.

Engkau dengan tegasnya menjawab "Tidak" untuk asa yang kugantung setinggi langit itu. Kau tak ingin aku menjalani hari dan melewati malam dengan ayunan ombak laut. Mencari arah dengan pedoman bintang-bintang dan menggantungkan harapan pada selembar kayu. "Cukuplah aku yang merasakannya nak" katamu saat itu. Aku pun menurut katamu saat itu, dan mulai merintis mimpi yang lain yang akhirnya akupun senang dan menikmati mimpi itu.

Enam semester berlalu dengan indah dan tanpa halangan yang berarti. Aral seakan enggan untuk menghampiri, bahkan angka sempurna pun pernah ku cetak demi banggamu padaku. Kau terlihat sangat bahagia, peluh dan keringat yang senantiasa mengalir dari kening dan setiap pori di tubuhmu seakan kering dan kembali terganti oleh semangat. Kaupun menggantung harapan padaku, saat itu aku yakin untuk membuat harapanmu padaku menjadi nyata.

Asa dan harapan kadang tak selalu sejalan dengan realitas. Rasa malas mulai menghampiriku, skala prioritas tak pernah lagi tersusun dengan baik. Sekumpulan teori manajemen waktu, analisis SWOT, dan teori-teori asing lainnya kini hanya tinggal teori tanap sebuah aplikasi dariku. Padahal aku harusnya bisa untuk hal itu. Sesal kadang hadir di saat malam mulai mengintai hingga jingga memudar di barat, namun kembali hilang kala embun menyambut fajar. Mata kadang terbuka kala terik memanaskan kulit dan kala cahaya luar mengalahkan cahaya lampu. "Ini bukan aku yang dulu!"

Kini sesal hadirlah sudah, namun sesal tak ada guna jika tak ada kata berubah. Mimpi dan harapan masih terbentang dan tak terputus. Subuh masih menjemput hati yang haus akan mimpi. Cukup katakan "Aku bisa" dan kemudian "Buktikan kalau aku bisa". Karena aku adalah pemimpi di ujung mimpi.


"Janjiku adalah janjiku untuk saat itu, sekarang dan nanti"

Jumat, 24 Agustus 2012

Candu Cinta

Empat musim telah kulalui bersama dirimu, kadang kau bersembunyi di dekap dadaku dan kadang pula kau bertengger di ujung jari manisku. Kau dengan relahnya menghabiskan separuh dari dirimu hanya untuk menciptakan sensasi untukku. Mencoba meluruskan benang kusut dalam kepalaku dan mengusir rasa dingin yang bergerogot dalam diri.

Entah kapan aku mengenalmu, mulai mengecupmu dan menghisap dalam-dalam setiap nafas dan aroma yang kau cipta dari setiap inci tubuhmu. Aku tak ingat kapan ku mulai akrab dan selalu menggenggammu di sela jemariku, menemaniku dalam dinginnya malam dan teriknya siang. Aku pun begitu lihai memainkan setiap nafas yang kau masukkan dalam tenggorokanku, menikmatinya kemudian melepaskannya dengan lembut.

Aku telah jatuh cinta padamu, bahkan mungkin lebih dari itu. Aku ingat dengan kecupan yang entah kesekian kalinya, kau membuatku hampir terjatuh dalam langkahku, mengurai benang kusut yang kian semakin kusut di kepalaku dan akupun tak peduli dengan itu. Aku semakin menggila dan mengecupmu kembali, menghirup dalam-dalam aroma tubuhmu, dan akhirnya aku pun harus tersedak oleh sedapnya sensasimu. Pernah pula kau hadir mencoba untuk mengusir rasa dingin yang bergelayut dalam diri. Menemaniku dalam waktu senggangku di malam yang hampir pagi, bercumbu di tepi laut dengan tiupan angin yang enggan untuk mengerti dengan dinginnya diri. Kala itu tubuhmu berwarna cokelat dan sedikit lebih gemuk dari biasanya, aku pikir kau akan membuatku lebih hangat. Pikirku ternyata salah kau ternyata hanya membuatku hangat untuk sesaat namun membuatku harus terbatuk dan mengginggil untuk beberapa waktu.

Ah, aku mau melupakanmu, meninggalkanmu dan tak ingin menjamahmu lagi. Kau hanya sebuah cinta yang memakan setiap inchi dari nikmat yang kau beri untukku. Tak apalah jika aku harus kedinginan di setiap malamku, tak apalah jika aku harus bosan dalam setiap waktu senggangku dan tak apalah jika rasa eneg ini harus hadir dalam setiap santapku. "Pikirku saat itu". 

Aku pun berhasil melupakanmu entah beberapa saat lamanya, namun entah dengan sugesti apa engkau mampu menaklukkan kokohnya diri dan teguhnya hati. Kau hadir kembali meski dengan intensitas yang tak sama lagi seperti dulu. Aku ingin melepaskanmu dengan pelan, mencoba menggantimu dengan cinta yang tak akan menjadi candu bagi diriku. 

Ilalang pun hadir mengusik dirimu, ia kudapati bercerita tentang rumpangnya yang tak lagi hijau karenanya. Ia berceloteh tentang jahatnya kau pada rumpangnya, kajamnya kau saat kau renggut mimpi sang tunas dari rumpang itu. Ilalang dengan mata sayu bercerita tentang harapnya untuk tak jatuh cinta pada rusuk yang akan tetap mengecupmu. Ia pun bercerita bahwa ia tak ingin tunas yang nanti tumbuh dari rumpangnya menjadi lemah dan idiot karena candu yang kau cipta sebelumnya. 

Yah, aku mengerti akan sakit yang ia rasakan. Aku kembali bercermin pada diri yang tak hijau ini. Aku bertanya "apakah ini karenamu?" Mungkin. Ilalang pun kembali meyakinkanku untuk berhenti membiarkanmu bertengger di ujung jari manisku dan berhenti membiarkanmu bersembunyi dalam dekapan hangat dadaku. Yah, cukuplah aku telah mencintaimu selama empat musim! 

"Semoga"

Minggu, 12 Agustus 2012

Setahun yang Lalu

Sesuai dengan janjiku tadi siang, kali ini aku akan menuliskan pengalamanku setahun yang lalu. Tepatnya pertengahan ramdhan dan juga sekaligus pertengahan bulan Agustus 2011. Minggu tersebut begitu berkesan di hatiku, ada banyak cerita yang terangkai dan banyak celoteh tak bermakna yang akhirnya menjadi sebuah cerita tersendiri di diary kehidupan para pencari kata.Tak usahlah aku berceloteh panjang lebar tentang hal yang tak menjadi inti dari topik nantinya.

Keberangkatan

Aku saat itu sudah tak menjadi adek lagi yang harus dituntun oleh kakaknya untuk naik mobil, bus, atau bahakan pesawat. Aku telah menjadi seorang kakak yang harus menjaga dan mendapingi kedua adeknya. Hari itu aku memang berangkat menuju Surabaya bersama dengan ke dua adek saya di Lembaga Penelitian Mahasiswa Penalaran Universitas Negeri Makassar. Tak ada yang terlalu istimewa dalam keberangkatan kami, Check in-menunggu- take off-landing yah hanya sebatas itu. Kami sampai di Surabaya waktu itu pada sore hari dan lansung ambil Damri menuju terminal Bungurasih, tak begitu lama perjalanan akhirnya kami sampai di terminla tersebut. Kami kemudian ambil bus menuju Terminal Arjosari, Malang. Perjalanan Surabaya-Malang katanya tak memakan waktu begitu lama, tapi ternyata hal tersebut hanya berlaku ketika bus yang kita gunakan berada pada kondisi prima. Yah, betul saja di tengah perjalanan bus yang kami tumpangi mogok padahal saya sudah menghubungi panitia di Malang kalau kami akan sampai sekitar 1 jam lagi. Mau tak mau kami harus pindah bus jadilah kami seperti orang yang mau pindah rumah (angkat koper menuju mobil travel yang bentuknya seperti angkot butut). Perjalanan yang harusnya ditempuh dengan 1 jam perjalanan kini harus kami tempuh hampir dua jam. Akhirnya kami sampai di Pom bensin dekat terminal Arjosari tempat kami janjian dengan panitia.


Terlihatlah mobil warna silver dan dua orang laki-laki dengan baju batik, aku yakin pasti mereka telah menunggu lama. Kami kemudian bersalaman sambil menyebutkan nama, dan tanpa panjang lebar kami pun segera diantar ke lokasi kegiatan. Yah, maklum saja kami sudah sangat capek setelah seharian di mobil butut. Sampai di kamar, aku dikasih kunci no. 2.12, aku lihat nama-nama yang tercantum di kamar itu, wah gak ada yang saya kenal. Gak lama kemudian muncullah orang yang sekamar dengan aku, aku satu kamar dengan 3 orang lainnya dari Universitas yang berbeda. Sampai saat ini hanya satu yang masih melekat namanya di ingatanku, Deki Firmansyah mahasiswa dari Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Aku tak begitu betah di kamar tersebut, maklumlah orangnya lumayan kalem kecuali si Deki itu yang lumayan SKSD. Cek percek di sebelah kamar saya tepatnya kamar 2.11 ternyata teman-teman lama saya berkumpul. Yah, teman-teman lama yang saya temani waktu di Universitas Gajah Mada Yogyakarta beberapa bulan sebelumnya. Aku a memutuskan pindah dan saya pun disusul oleh si Deki. Jadilah kami berkumpul ada Feky dari Universitas Negeri Padang, Gilanag dari Brawijaya, Deki dari UPI Bandung,  Aan dari Universitas Indonesia, Dian dkk dari Unismuh Makassar dan aku dari UNM. Tak ayal, kamar yang sebelumnya sangat bersih berubah layaknya kereta api kelas ekonomi, penuh dengan asap rokok. Pengumuman yang terpampan di Rususnawa Ummuh kini tak terpajang lagi dan disembunyi sama seseorang yang tek perlu saya sebutkan namanya.


Agenda Inti

Sama seperti agenda-agenda sebelumnya, agenda pert ama yaitu seminar nasional. Tak usahlah saya terlalu bercerita tentang agenda tersebut, karena saya yakin itupun sangat membosankan untuk kalian baca. Aku mulai berkenlan dengan beberapa orang baru dari berbagai universitas yang ada di Indonesia. Banyak di antara mereka yang telah saya kenal sebelumnya, baik itu di dunia maya maupun di dunia nyata.

Upacara pengibaran bendera merupakan agenda pada hari berikutnya, yah maklum hari itu bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia yaitu tanggal 17 Agustus. Setelah upacara, seperti biasa pastinya Foto-foto. Tapi sayangnya karena waktu itu aku gak bawa Almamater jadi aku pake almamater UNP. Yah, tak apalah daripada gak ikut upacara kemerdekaan Indonesia. Foto-foto pun berujung dengan kenalan sana-sini yah lumyanlah hari itu aku punya banyak kenlan baru. Aku juga akhirnya bisa tambah dekat dengan orang yang sebelumnya dah saya kenal. Supaya lebih tahi saya kasih lihat foto-fotonya deh,,,,!!!!

Makan Bakso Habis Jalan-jalan


Regional V ILP2MI

Sahur Bareng

Coba Tebak Lagi Ngapain

Setelah Upacara


Ngopi Bareng


Bersama Adek

Suasana nyanyi Bareng setelah makan Bakso

Foto-foto Lagi
Kekacauan Kamar

Ada beberapa kejadian lucu dan berkesan di waktu senggang kami. Pernah satu malam aku, Feky sama Rocy dari ISI Yogyakarta nyanyi-nyanyi di depan kamar sambil teriakin nama seorang mahasiswi UB, katanya sih menyet secara tak lansung. Ceweknya sih ngambek sebentar tapi kayaknya ia juga senang disanjung Hehehe. Subuhnya aku sakit demam, aku menggigil, untung ada seoarang cewek yang sangat perhatian ma aku. Aku sih sebenarnya dah kenal sebelumnya dengan dia, sering bertegur sapa di FB tapi kami masih saling minder. Ia menawarkan obat penurun panas pada saya waktu itu dan alhamdulillah besoknya dah bisa beraktivita kembali. Kami juga sempatin jalan-jalan, singgah di minimarket membeli beberapa bungkus rokok dan beberapa bungkus cemilan. Sampai di rusunawa kami nyanyi-nnyi bareng sambil main gitar dan cewek-ceweknya makan bakso Malang.

Aku lanjutin lagi nanti ceritanya karena mau kerja sesuatu. Hehehe

Harap Pupus

Tak di awal kau hadir memberi kabar akan janji
janji hilang tanpa dekap
Sejuta harap gugur di kau
Memberi harap menghapus harap

Kita kembali ke hilir
Kudapat kau dalam maya
Saling termangu dalam diam kata
Kemudian terusik dengan satu kata
"Cinta"?

Lara panjang melenguh antara sungging
Bahak hilang berganti tetes
Kita pun bertemu di sudut makna

Enggan kita tak congkak
Harap kita bertemu malu
Tergilas kita dalam angkuh


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...