Rabu, 03 Juli 2013

"Janji" Senja dan Jingga


Aku cemburu pada Setianya Jingga pada Senja
Biarkan aku bercerita tanpa tema, topik, bahkan judul hari ini. Biarkan aku untuk saat ini hanya menikmati irama-irama keyboard yang saling beradu dengan jemariku. Biarkan aku tak terusik oleh rindu yang bahkan dengan kata pun aku tak bisa takar kadarnya. Biarkan aku menikmati terik siang ini tanpa pernah merindukan hujan di bulan Juli. Biarkan aku kacau dalam sekacau-kacaunya kacau!!!

Panas telah meradang menelanjangi bumi dengan teriknya saat semua yang terasa masih tetap terasa. Sedang aku telah bersepakat pada siang untuk tak mengusik senja nanti. Biarkan senja dan jingga bercumbu lebih lama dibanding waktu-waktu biasanya. Bukankah matahari senja adalah pejanji yang tak pernah ingkar untuk selalu menemui jingga di waktu yang tetap sama. Aku cemburu padanya, aku cemburu pada kesetiaanya.

"Janji", Senja dan jingga mungkin tak pernah mengikrarkan janji, tapi toh mereka tetap saja setia pada rutinitas yang kelihatannya sangat membosankan itu. Bertemu di angka enam dan berpisah di angka tujuh. Ikatan yang sudah lepas pasti akan sulit terikat kembali. Aku hanya ingin membuat simpul untukmu, seperti yang dulu pernah aku janjikan. Aku tak akan memberimu sebuah harapan apalagi janji. Cukup kau berjalan di jalanmu dan aku akan tetap menjadi pengangummu di sini. Cukup itu saja, toh dengan angin yang bertiup padamu pun aku enggan mengusik. 

Kembali pada sebagian perjalanan, merekam kembali potongan-potongan memori yang pernah terusik jarak dan waktu. Mengenang potongan-potongan yang sama seperti potongan puzzle kehidupan yang gambar akhirnya pun belum bisa kutebak saat ini. Tapi, ada namamu yang selalu terselip di tengadah tanganku di awala sebelum pagi menjemput dan saat senja berganti gelap. 

Jawaban atas tanya pada diri selalu saja datang dari diri juga. Apakah kita akan memilih jalan memutar untuk kembali bertemu di ujung sunyi sana ataukah kita akan bertemu pada sebuah persimpangan yang tak lagi deterministik. Tak perlu gusar akan simpul yang masih samar di halaman terakhir jalan kita. Ternyata aku terlalu yakin akan diriku, terlalu yakin akan sanggupku dan terlalu yakin akan rasa yang tak sakit.

Jodoh dan Rezeki telah dituliskan Tuhan dalam kitab-Nya. Pikiran jenakaku selalu saja muncul, bertanya pada diri seberapa besarkah kitab Tuhan itu? Mungkikah Tuhan menuliskan namaku dan namamu pada halaman yang sama? Tahu saja bahwa namamu dan namaku berada pada halaman yang sama sudah membuatku melayang, apalagi kalau tahu bahwa namamu dan namaku berada di paragraf yang sama atau bahkan berada di garis yang sama. Itu hanya pikiran jenakaku saja kok. 

"Aku cemburu pada senja dan jingga, tapi tak secemburu ketika pada ilalang yang kau berikan senyuman terindahmu"




2 komentar:

Informasi yang sangat menarik terima kasih sudah disampaikan !

Reply Comment
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...