Senin, 28 April 2014

Catatan Absurd

Februari 2014

Tiga hari ini kita makin jarang saling menyapa. Apakah karena insomniaku sekarang sudah hilang dan duniaku berganti menjadi dunia pagi? Aku selalu menyapamu di pagi hari selain hari ini dan kaupun biasanya menyapaku saat pergantian hari. Sepertinya itu bukan alasan bagiku dan bagimu untuk tetap saling menyapa. Ataukah ada sebab lain hingga hangatnya lemparan-lemparan humor dan cerita-cerita keseharian kita tak lagi kita bagi?

Aku mungkin kini telah canggung untuk menyapamu sejak aku memilih egoku untuk mengucapakan kata yang mungkin tak ingin kau dengar dariku. Dan aku tak bisa menebak apa yang menjadi alasan bagimu untuk tak menyapaku? Apakah kau merasa terkhianati? Semoga saja kau bisa faham bahwa manusia tak punya kekuatan untuk melawan hatinya untuk jatuh cinta. Lantas apakah kita akan menyalahakan Tuhan yang telah menciptkan perasaan ini? Tentu tidak kan. 

Kita memang tak bisa memilih dengan siapa, kapan, dan dimana kita akan jatuh cinta. Aku bahkan lupa kapan aku mulai merasakan ada getaran yang tak biasa padamu. apakah pertemuan pertama kita ketika kau waktu itu mengenakan baju warna hitam dengan baju kaos warna ungu di dalamnya? Mungkin saja, atau mungkin pula aku telah jatuh hati padamu sejak teman lamaku yang juga pernah mengisi hatiku mengenalkanmu padaku melalui aplikasi chatting dengan mengirimkan fotomu padaku? Aku masih tak tahu sampai sekarang.

***

Akhir April 2014

Tujuh bulan bukanlah waktu yang singkat, dan itulah waktu yang telah kita jalani dalam bingkai persahabatan. kini semuanya telah berubah, perasaan itu telah memudar. Kau sudah tak seistimewa dulu lagi. Hati ini sudah berpaling ke orang lain yang telah menggetarkannya hanya dengan tulisan-tulisannya yang menggambarkan sikap dan pandangan hidup yang ia pegang. Seorang gadis belia yang punya prinsip, visi dan tekad yang sekuat baja, mungkin lebih kuat dari itu.

Kini kau berubah menjadi teman akrabku, teman tempatku berbagi cerita dan temanku untuk berbagi tanya dan berbagi jawab. Ah, mungkin bukan berbagi, sebab aku lebih banyak memberi tanya dan kau lebih banyak memberi jawab. Bahkan kau mengajarkan padaku bagaimana seharusnya aku mengatakan cinta padanya, bahkan tempat makan untuk berdua dengannya kau yang atur. Apakah ini yang kau anggap sebagai ketulusan seorang sahabat.

Aku kini lebih menyukaimu daripada yang dulu, kini kau lebih terbuka. Bahkan kau bercerita tentang lelaki  yang kau suka, yang katamu seperti lelaki yang kolot tapi sangat gentle menurutmu. Aku tak terlalu ingin tahu tentangnya karena aku hanya ingin tahu tentangmu, bukan tentang dia dan bukan tentang mereka. Toh walaupun perasaan ini telah pudar aku tak yakin bahwa benih cinta itu telah hilang semuanya.


"Catatan Absurd" 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...