Senin, 28 April 2014

Liverpudlian "You Will Never Walk Alone"

Biarkan aku bercerita sedikit pagi ini. Bukan tentang agape, eros, philia, atau mungkin storge. Ini hanya sebuah kekecewaan akan sebuah hal atau mungkin tentang momen yang begitu ingin kita lihat namun kenyataan yang berkata lain. Aku tak bisa mengkategorikan kecintaanku pada objek tersebut ke dalam empat kategori cinta yang tertulis dalam perjanjian lama dan juga tak pula bisa mengkategorikannya dalam "Four Loves" karya C.S Lewis. Aku tak tahu apakah ini termasuk dalam "Natural Love" atau sering kita artikan sebagai affection/stourge yang menurut sebagian orang kadarnya jauh lebih tinggi dari "Love". Ini juga bukan philia, romanatic/eros, atau bahkan divine love. 

Apakah fanatik adalah bagian atau salah satu dari empat konsep cinta yang tertulis dalam perjanjian lama yang tercetak dengan jelas dalam Perikop Yoh 21:15-19, Di sana Yesus bertanya sebanyak tiga kali kepada Rasul Petrus, "apakah Engkau mengasihi Aku?" pertanyaan Yesus yang pertama dan kedua menggunakan  kata agape, apakah engkau meng (agapo) Aku? namun Petrus selalu menjawabnya dengan, "Engkau tahu bahwa aku mengasihi (phileo) Engkau".... (Yoh 21:17). Aku tak meneruskan ayat itu, bukan karena tak sanggup menulisnya, namun sudah jelas bahwa apa yang saya rasakan bukanlah bagian dari philia dan agape dan saya yakin ini juga bukan stourge ataupun eros.

Mungkin ini hanya ambisi yang lahir dari sifat fanatikku terhadap objek itu. Aku bahkan tak tahu (lupa) kapan aku mulai mencintai objek itu. Bahkan bisa dikata aku belum mengenalnya dengan begitu jelas, tanggal lahirnya pun saat aku tulis tulisan ini belum saya tahu. Aku hanya suka dengan semboyan dan mungkin bagi manusia bisa dikata sebagai landasan, simbol atau mungkin filosofi yang dipegang, yang menunjukkan kecintaan kita pada objek tertentu. "You will never walk alone", begitulah bunyi filosofinya. Itu mungkin salah satu yang membuatku jatuh cinta pada dia. 

Cinta, apalagi sebuah cinta yang tak terdefinisi kadang akan melahirkan kebahagiaan dan kadang pula akan melahirkan kekecewaan. Sama seperti kecintaanku pada dia, setelah cintaku tak pernah aku ungkapkan, tak pernah pula aku umbarkan selama sekian lama (aku tak tahu, kapan aku mulai jatuh cinta hingga tak tahu berapa lama aku telah memendam cinta), tahunn ini aku dengan jelas mengatakan bahwa aku mencintainya. Namun saat cintaku bahkan hampir mencapai klimaks, tiba-tiba konflik hati datang menggempurku. Pesona raksasa biru menghatammu di rumahmu sendiri. Engkau terhuyung, namun kuharap tak jatuh. saya pulang derngan kepala tertunduk dan tidurpun menjadi pelampiasan kekecewaanku. Tapi tenang, ingat kami akan terus ada karena "You will never walk alone".

"I'm Liverpudlian and win or lose you will never walk alone"

0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...