Selasa, 20 Maret 2012

Datang setelah Pergi


Malam ini  aku akan bercerita tentang sepotong kisah yang pernah hilang, seberkas bayang yang pernah pudar, sesungging senyum yang pernah terhias indah, sederet langkah yang pernah seia dan selaksa rasa yang pernah ada. Sebuah kisah yang pernah indah dan sempat terlupa, setetes air mata yang pernah menetes dan kering, sesungging senyum yang pernah terhias namun tak tersua lagi, sebuah melodi yang pernah mengalun namun tersentak sepi, senandung rasa yang terjadi bagai sebuah siklus delta. Ini cerita tentang kamu dan mungkin pula tentang dia, dia yang kau dan aku kenal dan dia yang kukenal dan tak kau kenal.

Tak dapat kupungkiri dan tak mungkin kau pungkiri bahwa dia atau tepatnya mereka akan hadir dalam cerita kita. Andai waktu itu aku tak mengenal Dia-mu dan kau tak mengenalkannya padaku, mungkin cerita ini hanya antara aku dan kau, karena tak mungkin akan hadir Dia-ku. Tapi tak perlulah disesal, toh aku juga tak mau tahu apa alasanmu dan apa sebabnya. 

Andai kau kembali menanyakan tentang rasaku, maka aku hanya bisa menjawab aku tak bisa  seperti dulu lagi. Bukan karena aku berubah dan bukan pula karena senyummu tak seindah dulu lagi, bukan itu.  Ada hal lain, yah tentu tentang mereka. Andai lagi kau mencoba  melimpahkan rasa sesal padaku, karena tak bisa meyakinkanmu waktu itu itupun tak akan merubah jawabku. Toh dulu aku pernah membuat janji yang tak mungkin orang yang tak serius mengatakannya. Kau terlalu egois untuk merubah pendirianku, tuk merubah prinsipku dan merubah falsafahku. Aku hanya bisa titipkan komitmen pada saat itu, tapi kau tak yakin akan hal itu. 

Maaf jika aku mengatakan kalau kau terlalu egois. Aku katakan itu sebab kau tak pernah mencoba melihat permasalahan ini dari perspektifku sebagai seorang laki-laki. Kau hanya mempertimbangkan rasamu dan kala itu hadirlah Dia-mu yang mau mengerti inginmu. Mau mengumbar janji dan mau menyayikan melodi indah meskipun aku yakin itu hanya melodi bualan ala pemain hati. 

Aku cipta puisi dan lagu sakit hati, aku rangkai nada kegalauan dan aku berharap sebuah yang tak pantas aku harap. Kau pergi tanpa kata pamit, tanpa kata tanya dan tanpa merindu. Akupun pergi seperti sikapmu, toh aku kira tak perlu kau tahu tentang aku lagi. 

Dengan jumawa kau pergi dan dengan jumawa pula kau datang kembali dengan cerita yang telah termodifikasi. Cerita yang mencoba mengumbar masa lalu dengan rangkaian kisah suka cita. Tak terpikirkah kau sedikit akan rasaku dan tentang rasanya? Andai kau tak tahu tentang dia maka tak apalah. Toh aku telah biasa merasakan yang mungkin orang lain katakana sakit darimu. 

Andai ini adalah sebuah cerita sinetron mungkin aku akan jadi pemenangnya di akhir episode bak lagunya Jamrud. Tapi ini adalah realita, mungkinkah aku akan terjatuh pada lubang yang sama dan dengan sosok yang sama, tega menjadikan sosok yang tak bersalah menjadi tumbal dari kisah kita? Menjadi pemenangpun aku tak tahu seperti apa? Apa ketiaka aku meninggalkan dia dan bersamamu aku menjadi pemenang? Tidak kan. Apa ketika aku tak memperdulikanmu dan tak menghiraukanmu? Tidak juga kan.

Semoga akan hadir sebuah jawaban dari waktu, dari waktu yang telah mengajarkanku tentang arti sesal, tentang arti komitmen dan tentang arti kesetiaan.

Cerita ini tentang aku, kau, dia dan tepatnya mereka. Aku pun tak bisa melupakanmu dan tak mungkin pula menjadikan tumbal salah satu dari mereka.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...