Sabtu, 15 Desember 2012

Ungkapan Tak Bermakna

Rayuan kadang hanyalah menjadi sebuah pelarian dari kebisingan dan kejenuhan hidup. "Sayang" hanyalah ungkapan kata tak bermakna. Bolehkah aku mengkorelasikannya dengan amoeba, ataukah harus aku hubungkan dengan teori-teori linguistik yang terkesan kaku bagi sebagian orang? Ah, itu terserah. Aku tak mau ambil pusing tentang semua itu, tentang cerita yang lahir dari teori-teori mati yang mungkin nanti tercipta tanpa dasar olehku. Aku hanya mencoba menghubungkannya dengan hal-hal sederhana yang bisa kumengerti. "Sayang" hanyalah ungkapan yang dapat kubelah menjadi dua suku kata "Sa" dan "Yang" dan jika kubelah lagi hanya akan menjadi morf-morf tak bermakna. Puaskah kau dengan kata itu? sedang itu hanyalah sebuah lokusi yang ilokusi dan perlokusinya tak dapat engkau maknai. Ataukah mungkin kau hanya ingin aku dan kau menjadi dendrit tanpa adanya akson? Aku tak mau terlalu banyak berteori tentang itu, sebab kutahu kau lebih tahu tentang itu.

Aku kembali memaknai akan hadirnya keberadaan dalam ketiadaan yang pasti. Pseoudo keindahan pun ternyata memiliki altar tersendiri bagi penikmatnya, sedang kenyataan dalam sebuah kehampaan hanyalah menjadi candu dan mungkin pula dapat menjadi badai serotonin dalam kamus Dewi Lestari. Aku tak ingin ada yang menyangkalku untuk itu, sebab aku hanya ingin berceloteh panjang malam ini. Mencoba bercakap dengan angin malam, menangkap cahaya semu sang bintang dan menenggelamkan bulan dalam palungnya. Hahaha, aku ingin menyebut ini sebagai "Hiperimaji". Perangkai kata pun akan menjadi kikuk dan lidahnya pun akan menjadi ngilu kala melihat keindahan yang teramat sangat dan tak pernah ia lihat sebelumnya. Namun, aku bukanlah perangkai kata itu. Aku hanyalah pengungkap kebenaran dari persfektifku tanpa ada proses "infuls-dendrit-akson-otak-respon", sebab bagiku itu hanya berlaku untuk hal yang terencana. 

Keindahan kini hanya menjadi fatamorgana belaka. Seperti aspal jalanan yang terkena terpaan sinar matahari dan seolah ada air yang tergenang diatasnya katamu. Ya, thats right, aku tak menyangkal itu tentang hal yang engkau teorikan berdasar pada pemahaman literalmu. Namun, apakah kau memaknainya lebih dari sekadar teori itu? Entahlah, yang kutahu kala otak telah dipenuhi dengan teori-teori materialisme empirik semuanya akan menjadi terkaburkan. Esensi hanya menjadi esensi dan eksistensi menjadi hal yang utama sama seperti yang diungkapkan Maslow.



1 komentar:

Ketika kata sayang menjadi sekedar kata tanpa makna, berarti dia membutuhkan pupuk yang bisa membuatnya menjadi menumbuhkan makna.

Reply Comment
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...