Minggu, 26 Agustus 2012

Arti Lempuq na Mappaccing di Masyarakat Bugis

Badik adalah Lambang Ketegasan Bukan Kekasaran
Sebuah ikatan primordial kedaerahan tentunya memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap sikap dan karakter seorang manusia.  Falsafah hidup dalam sebuah masyarakat adalah salah satu pegangan yang membentuk karakter tersebut. Falsafah hidup tersebut tumbuh dan berkembang secara alami dan turun temurun dalam masyarakat adat/suku tersebut, sehingga sebuah suku atau masyarakat adat memiliki karakter tersendiri yang senantiasa terjaga kelestariannya. Namun pendeskreditan terhadap sebuah suku atau masyarakat adat adalah sebuah hal yang tak bisa dielakkan di masa digital seperti sekarang ini.

Berita tawuran, kekerasan, dan bahkan perang adat akan mendapat ruang yang sangat besar di media massa jika dibandingkan dengan upacara-upacara adat atau aksi amal yang telah menjadi budaya turun temurun dalam sebuah komunitas adat. Hal tersebut kalau dilihat secara kasat mata memang tak pernah menyentuh secara lansung sebuah komunitas adat, seperti suku Bugis, Makassar, Mandar atau Toraja, tetapi menyinggung sebuah daerah yaitu Sulawesi Selatan. Hal ini kan tentunya sebuah hal yang saling berkorelasi satu sama lain. 

Sebuah pengalaman empiris yang membuatku sadar bahawa paradigma masyarakat Indonesia terhadap masyarakat Bugis-Makassar pada khususnya telah melenceng dari hakikatnya. Mirisnya lagi, paradigma-paradigma tersebut lahir dari orang-orang yang tak pernah berinteraksi lansung dengan masyarakat Bugis-Makassar ataukah hanya berinteraksi dengan segelintir perantau Bugis-Makassar. Anggapan yang paling sering muncul yaitu pandangan terhadap karakter orang Bugis-Makassar yang dianggap kasar dan sangat suka dengan kekerasan. Hal tersebut sangat tidak dapat berterima bagi masyarakat Bugis-Makassar karena masyarakat Bugis-Makassar adalah masyarakat yang tegas dan bukannya keras atau kasar.

Khusus pada masyarakat Bugis ada sebuah falsafah hidup yang telah mengakar yaitu:

"Duala Kuala Sappo, Unganna Panasae na Belona Kanukue"
(Hanya dua yang kujadikan pagar, bunga nangka dan penghias kuku)

Bunga nangka dalam bahasa bugis disebut "Lempu" yang kemudian berasosiasi dengan kata "Lempuq" yang berarti jujur. Sedangkan penghias kuku yang dikenal oleh masyarakat bugis adalah tanaman pacar kuku yang dalam bahasa bugis disebut "Pacci" yang kemudian berasosiasi pula dengan kata "Paccing" yang berarti bersih atau suci. Sehingga secara terjemahan bebasnya yaitu "Hanya dua yang kujadikan pagar dalam diriku yaitu kejujuran dan hati/niat yang suci"

Kejujuran dalam masyarakat bugis adalah hal yang sangat diutamakan dan sangat ditekankan. Kejujuran layaknya sebuah permata dalam hidup seseorang, kal permata itu telah jatuh maka hilang pula hakikatnya sebagai seorang manusia. Setidaknya hal itulah yang tertuang dalam sebuah ungkapan bugis.

"Narekko olo kolo tulunna yakkatenni, iya tosi tau'e adanna tu yakkatenni"
(kalau hewan talinya yang dipegang, tapi kalau manusia kata-katanya yang dipegang)

Sedangkan hati yang suci dalam masyarakat bugis memiliki arti "Ati  mapaccing yanaritu nia' madeceng" (hati yang suci adalah niat yang baik). Niat yang baik atau itikad yang baik adalah hal yang menjadi dasar dalam melaksanakan atau melakukan sebuah tindakan. Sebuah kebajikan tidak akan hadir tanpa didasari niat baik. Secara maknawi niat baik kadang diasosiasikan dengan ikhlas, baik hati, berpikiran jernih. Sedangkan secara kontekstual niat baik memiliki makna yang sangat luas yaitu;

  1. Menyucikan Hati
    Pertama yang harus dilakukan manusia sehingga hakikatnya sebagi manusia dapat utuh yaitu menyucikan hatinya dengan menghilangkan segala perasaan-perasaan serta pikiran-pikiran negatif seperti berburuk sangka, iri hati, dengki, serta nafsu-nafsu yang senantiasa menjerumuskan manusia. Sebuah pegangan dalam masyarakat bugis bahwa Tuhan tidak akan pernah ridha kepada hamba-Nya yang tak memiliki hati yang suci menjadi sebuah landasan yang kokoh untuk terus menjaga kesucian hati bagi masyarakat bugis. Terlebih lagi sebuah keyakinan bahwa siapa yang berniat buruk maka keburukan pula yang akan ia dapat.
  2. Bermaksud lurus dan Istiqomah
    Hati yang suci adalah hati yang teguh terhadap pendiriannya. Hati yang suci adalah hati yang tak akan pernah bisa dibelokkan oleh sebuah permasalahan atau bahkan iming-iming duniawi. Hal inilah yang kemudian menjadi karakter tegas yang ada dalam jiwa orang Bugis. Karakter tegas tersebut adalah sebuah keharusan dalam menjaga kesucian hati dati pengaruh-pengaruh luar.
  3. Mengatur Emosi-emosi
    Hati yang suci tidak akan pernah digerakkan oleh emosi-emosi sesaat karena hati yang suci mampu mengontrol pikiran untuk dapat berpikir dengan jernih. Sehingga sikap tersebut membentuk sebuah karakter yang kuat pada jiwa orang Bugis yang pantang untuk terpengaruh oleh nafsu-nafsu serta dorongan-dorongan dari luar dan tentunya dapat mengambil sebuah keputusan yang tepat dengan bimbingan dari hatinya. Ada empat tanda orang yang memiliki hati yang suci menurut Arung Bila dalam  masyarakat bugis, yaitu,

    "Makkedatopi Arung Bila, Eppa tanrana tau madeceng kalawing ati, sewwani, mappassu ada na patuju. Makaduanna, na matuoi ada na sitinaja. Makatellunna, duppai ada na pasau. Makaeppanna, moloi ada napadapi"
    (Ada empat tanda orang yang baik bawaan hatinya, yang pertama, mengucapkan kata yang benar. Kedua, menyebutkan kata yang sewajarnya. Ketiga, menjawab dengan kata yang berwibawa. Keempat melaksanakan kata yang ia ucap.)


    Sumber bacaan: Ati Mapaccing







13 komentar:

OH GITU TO CERITANYA,like it dech.

badig adalah lambang ketegasan tapi kalo piso lambang apa sob hehe?

Reply Comment

hehe..mungkin karena media yang hanya mengumbar tentang kekerasan dan sya juga blm tau bnget tentang suku bugis, saya juga termasuk kedalam masyarakat yg hanya menganggap seperti kata media.. :D
Tapi setelah membaca ini baru sadar ternyata tdak begitu...hhe

oh iya kalau orang riau, lempuq itu sejenis dodol durian...hheehe

Reply Comment

@Qnozza: pisau kayaknya lambang bakal makan besar. hehehe. Soalnya tnapa pisau tak bisa makan besar. :)

Reply Comment

@Fian Syauqi:iya, sob itulah sebuah kekeliruan dalam berpikir karena hanya melihat sebuah permasalahan hanya dari satu sisi saja, tanpa melihat sisi lain yang justru lebih luas dan lebih kompleks.

Iya sob? kalau disini bukan lempuq namanya kalau dodol durian tanpi dampoq. hehehe

Reply Comment

betul klo pemberitaan tentang daerah makasar lebih banyak tentang kekerasan, tawuran, demo perusakan2 fasilitas umum buat kami yang sama sekali enggak kenal daerah sana jadi ngeri klo ngebayangin hidup disana.

maturnuwun postingannya, tak kenal maka tak sayang, semoga tulisan ini bisa lebih memperkenalkan budaya bugis buat temen2 di seluruh nusantara

Reply Comment

@anotherorion: Iya sob, waktu aku dulu ke Malang aku lansung ditanya mahasiswa mana? saya jawab Makassar. Dengan santainya ia menimpali "oh yang suka tawuran itu yah?" Ha? Memangnya kami hanya tahu tawuran?

Reply Comment

Ternyata sangat filosofis ya..
saya masih beranggapan bahwa suku Bugis itu adalah orang-orang yang hebat. Pelaut yg pemberani. Dan kebetulan juga (menurut buku yang saya baca), Nenek moyang kami (suku Mandailing, terutama marga lubis) bersala dari Bugis-Makassar

Reply Comment

@wahyuddin : dan sekarang udah nggak keliru lagi :)

iya, cuma nggak pakai "q", tapi pakai "k". jadinya lempuk durian. ueenak banget sob :D

Reply Comment

@Catatan si Riki: oh yah,,, artinya kita punya kekerabatan dong brow. Iya memang kalau dibaca sejarahnya suku bugis memang adalah pelaut yang ulung dan pernah mengarungi lauatan sampai ke Turki hanya dengan menggunaikan layar.

Reply Comment

@Fian Syauqi: oh begitu yah sob. Jadi kepengen nih. Hehehe

Reply Comment

Sebagian orang memang menganggap makasar sebagai kota yg sllu tawuran, itu karena berita yg berasal dari media.

postingannya bagus, lumayan sedikit tau tentang masyarakat Bugis.

Reply Comment

@Robianus Supardi: iya sob,,, persefsi yang lahir tanpa melihat hal yang sesungguhnya. :)

thanks yah sob,

Reply Comment
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...