Jumat, 10 Agustus 2012

Ramadhan Tahun Kemarin

Edisi Ramadhan tiap tahunnya memberikan warna tersendiri dalam diriku. Ada nuansa berbeda di setiap edisinya, ada cerita yang senantiasa terekam dalam setiap pergulirannya dan ada tempat berbeda bagiku di setiap tahunnya dalam ramadhan. Entah karena apa aku sangat merindukan suasana bersahur dan suasana berbuka sama seperti ramadhan-ramadhan sebelumnya, aku sangat merindukan sahabat-sahabat saya di asrama, di Himpunan Mahasiswa dan juga di Organisasi Kesenian Kampusku dulu, walaupun sebenarnya aku merasa sangat bahagia di "keluarga nalarku" sekarang. Namun tentunya aku tak bisa melupakan sekian banyak cerita yang terjalin dengan mereka. Sekadar untuk mengabadikan sepenggal kisah tersebut aku mencoba untuk mengbadikannya dalam tulisan ini.

Ramadhan Tahun 2008

Ramadhan waktu itu adalah untuk pertama kalinya saya menikmati ramadhan terpisah dari orang tua. Aku melewati Ramadhan waktu itu di rumah ke dua saya (Asrama Putra IPPM Pangkep Koordinator UNM). Aku menemukan nuansa berbeda saat itu, aku yang dulunya hanya tinggal bangun untuk sahur kini harus mulai belajar untuk memasak sendiri, begitupun saat waktu berbuka tiba. Setiap sorenya setelah adzan Ashar berkomandang tim penyedia buka puasa (penghuni asrama) mengumpulkan uang yang akan digunkan untuk hidangan berbuka puasa dan bersahur. Aku sangat suka belanja di pasar jika hari itu adalah tugas piket saya. Teman-teman pastinya sudah tahu kalau saya yang pergi belanja pasti hidangannya tak lepas dari es buah, timun suri (kami menyebutnya haddis), sayur bening (bayam campur jagung manis), tempe goreng crispy dan tentunya cobek-cobek kacang. Aku waktu itu selalu pergi belanja bersama dengan salah satu senior saya di asrama karena waktu itu aku belum tahu jalan-jalan di Makassar (maklum masih mahasiswa baru).

Ada banyak hal yang menarik yang saya dapat, tahun itu aku mulai belajar bangun cepat untuk memasak, memanajemen uang belanjaan agar cukup untuk berbuka dan sahur, belajar memasak dan menyadari bahwa makanan sederhana pun akan terasa nikmat jika disantap bersama. Aku sangat ingat ketika pertama kalinya saya mendapat giliran memasak untuk hidangan sahur, hari itu di tim saya mendapat tugas untuk membuat cobek-cobek (sambal). Sesuai dengan kebiasaan di rumah, saya hanya membuat sambal dengan 7 buah cabe. Hasilnya menurut saya sudah enak dan pedas, tapi ternyata beluim cukup 1/4 dari penghuni asrama yang mengambil sambal tersebut telah habis. Mereka makan sambal layaknya makan sayur, katanya sambalnya mirip sayur (kurang pedas). Akhirnya aku tahu kalau kebiasaan mahasiswa kalau buat sambal harus pedas. Pernah juga kami harus rela minum di kram air, kami dulu menyebutnya Air Anugrah singkatan dari anu gratis, maklum saat itu kami lupa membeli galon.

Pemandangan piring-piring tergeletak, rebutan bantal dan sembunyikan kasur saat pulang teraweh, membagikan piring yang berisi cobek dan potongan tempe merupakan pemandangan yang tiap hari menghias rumah mungil kami. Aku juga ingat ketika sanatapan buka puasa kita belum selesai saat adzan magrib telah berkumandang dan kita berpencar ke mesjid-mesjid dekat rumah. Aku juga ingat ketika seorang kakak yang hendak menggoreng telur dan ternyata telurnya bukan lagi sebuah telur tetapi anak ayam, dan lucunya lagi karena ia baru menagatakan hal tersebut saat kita telah kenyang memakan telur goreng tersebut dengan lahapnya. Satu hal yang tak pernah lepas setelah sahur adalah "Ngeteh", ini adalah agenda wajib bagi "kakak kacamata" yang akhirnya menular bagi kami. Di saat itulah kami (mahasiwa baru) mengakrabkan diri dengan mereka, bertanya ini itu meskipun sebenarnya gak penting. Intinya aku senang berada di linkungan itu.

"Keromantisan kadang lahir di meja makan"


Ramadhan 2009-2010


Bukber di Tonasa
Tak ada perbedaan yang terlalu mencolok anatara ramadhan sebelumnya dan ramadhan pada saat itu, hanya saja aku telah memiliki satu dan akhirnya dua adek yang berarti saya sudah tak menjadi adek bungsu lagi di keluarga besar itu. Kami kadang keluar buka puasa bersama untuk memenuhi undangan dari instansi pemerintah daerah, pengusaha lokal pangkep, atau undangan senior-senior yang telah sukses. Suasana makan bersama dan jugfa naik pete-pete secara berdesak-desakan kadang mewarnai ramadhan kami. Kadang pula kami harus berangkat mulai dari pukul 15.30 karena perjalanan yang akan ditempuh cukup jauh.


Satu yang berubah pada Ramadhan tahun itu adalah pindahnya Asrama Putri menjadi lebih dekat dengan asrama putra. Hal tersebut mempermudah kami dalam membuat hidangan berbuka puasa dan juga hidangan bersahur karena akan dibantu oleh kaum hawanya, itu sih harapnya kami. Tapi toh nyatanya kami merasa kami lebih jago memasak dari kaum hawanya, selera kami mungkin yang berbeda. Hampir setiap harinya hidangan sahur kami jauh lebih lengkapa dengan mereka kecuali hidangan berbuka puasa karena kami buka puasa bersama mereka.

Bukber sekaligus peresmian rumah baru
Selain berinteraksi dengan keluarga pertama saya di Makassar (IPPM), saya juga mulai berinteraksi dengan organisasi internal kampus. Keluarga pertama saya di kampus adalah Himaprodi kemudian Bemgkel Sastra. Di dua organisasi tersebut aku kadang berbuka puasa bersama, untuk di Himpunan dua tahun berturut-turut pengkaderan diadakan tepat di bulan Ramadhan. Pengkaderan tersebut tentunya menjadi agak berbeda, pengkaderan tersebut penuh dengan nuansa religi. Satu hal yang tak bisa saya lupakan adalah momen pertandingan pembuatan hidangan buka puasa. Tak ada kata yang bisa kuucap selain kata seru dan keren.

Aku merasakan suasana yang sangat berbeda di Bengkel Sastra, aku merasakan keakraban seorang sahabat di sana. Tak ada pembagian piket dan tak ada yang bekerja sedang yang lainnya tidur, kami saling membantu. Mungkin jumlah kami disitu yang kurang banyak. Setiap berbuka puasa tak ada yang terlalu berbeda, kami kadang berbuka puasa bersama para aktivis organisasi kampus pada saat itu. Atau kadang pula bersama para Mahasiswa baru yang dibuatkan jadwal membuat hidangan berbuka puasa. Namun, hal yang sangat berbeda ketika sahur, setiap jam 2 pagi kami keluar membeli ikan kering di pasar yang selalu terbuka 24 jam. Pasar tersebut bukanlah pasar yang jaraknya dekat dengan kampus. Dengan lauk ikan kering dan nasi panas serta cobek-cobek seadanya terasa nikmat, mungkin karena kami menikmatinya bersama dengan alas daun pisang. Kami pun kadang buka puasa bersama dengan Pekerja Seni Kampus dari universitas lain, yah sekadar menjalin hubungan silaturahmi.

Hari-hari tersebut kini menjadi sebuah kenangan dan sangat sulit untuk saya nikmati kembali. Ingin ku merasakan kebersamaan itu lagi.


" Sahabat, Aku tak pergi. Aku hanya punya tanggung jawab yang lebih besar di tempat lain. Semua kenangan itu tak akan kulupa dan di sini pun aku menemukan keluarga seperti kalian". Aku akan datang esok atau lusa tuk mengulang kisah itu, meskipun kutahu tak mungkin sesempurna dulu"


Ramadhan 2011

Ramadhan tahun kemarin adalah Ramadhan pertama saya di keluarga besar LPM Penalaran UNM. Saat itu saya menjabat sebagai Staf bidang Humas di lembaga tersebut. Perbedaaanya tak terlalu jauh dengan ramdahan sebelumnya, masih dengan asas kekeluargaannya. Kali itu aku menikmati Ramadhan setelah mempunyai satu adek. Adek yang baru saja dikukuhkan di lembaga tersebut. Setiap sorenya dibuatlah jadwal buka puasa yang diisi baik oleh pengurus, anggota, dan juga alumni. Disinilah saya melihat bahwa lembaga kami melihat unsur kesenioran sebagai unsur hubungan kakak adek, karena tak hanya adek yang bekerja tetapi juga kakak yang bekerja bersama-sama.

Setiap berbuka puasa, kami berkumpul bersama di ruang tengah dan menikmati hidangan tersebut. Kadang terselip canda dengan memberikan penilaian layaknya sebuah penjurian dalam kontes masak. Hal tersebut tentunya bukan untuk saling menjatuhkan tetapi tak lebih sebagai sebuah candaan uintuk mengakrabkan.

Ada yang sangat istimewa pada Ramadhan tahun itu, aku menikmati puasa pertama di luar Sulawesi. Aku menikmati bulan Ramadhan di kota Malang dalam rangka mengikuti Rapat Kerja Nasional Ikatan Lembaga Penalaran dan Penelitian Mahasiswa Indonesia. Aku bertemu dengan sahabat-sahabat baru di sana. Satu yang istimewa adalah saya bertemu dengan seorang yang sempat mebuatku kagum pada saat itu, tapi rasa minder masih berselimut di dadaku pada saat itu. Aku akan menceritakan secara lebih detail tentang Ramadhan di kota Malang pada tulisanku berikutnya #buru-buru untuk bersiap-siap shalat Jum'at

8 komentar:

waaah aktivis ya masbro :D
kereeen ..

tapi kok bisa yaah ?
asarama cowok cewek deketan gitu -__"
asiknyaaah

salam kenal sob

Reply Comment

oh waaah, asik ya bisa pergi kemana mana :D saya juga ikut banyak organisasi tapi belum pernah pergi pergi jauh.. -__-

Reply Comment

@Nabila Ika Ramadhani: Hehehehe,,, iya. Di sana aku menemukan sosok yang membuatku sangat kagum. :)

Reply Comment

@Edotz Herjunot: Iya,,,lebih tepatnya sih organisatoris

iya asramanya dekatan tapi aku dah gak tinggal lgi disana, aku dah pindah. Hehehe


iya Salam Kenal

Reply Comment

Widihhhh.. asikkk nih bisa jalan2 kesana kemari. Keren :)))

Reply Comment

ndak kebayang minum di krang air -___-"
*salut*

catatan yang terperinci sekali kanda.
apakah ramadhan tahun ini jg?

Reply Comment

@Uchank: Alhamdulillah, Ramadhan tahun ini udah gak lagi. :)

Reply Comment
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...