![]() |
Sumber Gambar |
Teringat beberapa kemarau kemarin saat aku berbincang sambil menatap kedua bola matamu yang memulai menguning termakan oleh rentanya senja. Kulitmu pun tak sekencang dulu lagi, tak lagi mengkilap bagai klem yang baru dipernis. Gerakmu pun mulai melambat, bahkan primadona di atas kepalamu pun yang dulunya sangat enkau banggakan kini mulai memudar. Aku tahu itu bukan hanya karena senja, tetapi karena lelah untuk memanusiakan titisan yang dititip Tuhan padamu. Kala itu kita berbincang tentang harapan dan cita-cita. Aku yang masih terlihat lugu dan tak pernah berpikir "visioner" dengan sanatai menjawab "aku ingin berlayar mengelilingi dunia". Yah, itu cita-citaku sejak dulu. Mungkin karena darah pelaut yang engkau titiskan padaku.
Engkau dengan tegasnya menjawab "Tidak" untuk asa yang kugantung setinggi langit itu. Kau tak ingin aku menjalani hari dan melewati malam dengan ayunan ombak laut. Mencari arah dengan pedoman bintang-bintang dan menggantungkan harapan pada selembar kayu. "Cukuplah aku yang merasakannya nak" katamu saat itu. Aku pun menurut katamu saat itu, dan mulai merintis mimpi yang lain yang akhirnya akupun senang dan menikmati mimpi itu.
Enam semester berlalu dengan indah dan tanpa halangan yang berarti. Aral seakan enggan untuk menghampiri, bahkan angka sempurna pun pernah ku cetak demi banggamu padaku. Kau terlihat sangat bahagia, peluh dan keringat yang senantiasa mengalir dari kening dan setiap pori di tubuhmu seakan kering dan kembali terganti oleh semangat. Kaupun menggantung harapan padaku, saat itu aku yakin untuk membuat harapanmu padaku menjadi nyata.
Asa dan harapan kadang tak selalu sejalan dengan realitas. Rasa malas mulai menghampiriku, skala prioritas tak pernah lagi tersusun dengan baik. Sekumpulan teori manajemen waktu, analisis SWOT, dan teori-teori asing lainnya kini hanya tinggal teori tanap sebuah aplikasi dariku. Padahal aku harusnya bisa untuk hal itu. Sesal kadang hadir di saat malam mulai mengintai hingga jingga memudar di barat, namun kembali hilang kala embun menyambut fajar. Mata kadang terbuka kala terik memanaskan kulit dan kala cahaya luar mengalahkan cahaya lampu. "Ini bukan aku yang dulu!"
Kini sesal hadirlah sudah, namun sesal tak ada guna jika tak ada kata berubah. Mimpi dan harapan masih terbentang dan tak terputus. Subuh masih menjemput hati yang haus akan mimpi. Cukup katakan "Aku bisa" dan kemudian "Buktikan kalau aku bisa". Karena aku adalah pemimpi di ujung mimpi.
"Janjiku adalah janjiku untuk saat itu, sekarang dan nanti"
27 komentar:
Aku BISA!
Reply Commentsemangka kakak!
paragraf 1 dan 2 buat saya inget ayah, paragraf 3 jadi inget masa kuliah S1, paragraf 4 dan 5 jadi nyadar diri
Reply Commentsaat baca kalimat ini " sekumpulan teori manajemen waktu, analisis swot dan teori - teori asing kini hanya tinggal teori tanpa aplikasi" hati kecil saya sontak teriak "So do you, dya!" -_-. secara ga langsung sudah mengingatkan saya nih, makasih..
Menemukan segelas semangat pagi, cukup rasanya untuk menyegarkan hari.
Reply CommentsAtu kata : Mantap.
keren, semoga aku bisa mewujudkan mimpi itu *ciaaat
Reply Comment@Javas Kenzie Niscala: Iya, terima kasih dek. BUlan 12 bisa! hehehe
Reply Comment@Devia not depiya: IYa, kadang kita terbuai oleh waktu tanpa pernah mengingat bahwa kita tak hanya hidup sendiri. Ada orang yang menyimpan dan menitip harapan pada kita di usia senjanya.
Reply CommentSalam semangat
Thanks dah berkunjung
@khaerul al-azmi: Terima kasih, Sebuah kesadaran yang ingin kuubah menjadi motivasi. Bukan hanya sekadar sesal yang tak berujung.
Reply CommentThanks yah sob
@Bayu Putra Abuna: Terima kasih sob. Mimpi akan terus menjadi mimpi tanpa usaha untuk mewujudkan mimpi itu. Bermimpilah, berdoalah, yakinlah pada mimpimu dan wujudkan mimpi itu. :)
Reply CommentWeih, dalam maknanya...
Reply Commentjadi ingat ayah :)
@Catatan si Riki: Iya, dia telah banyak menguras air mata dan keringatnya untuk kita. Namun kadang kita lupa padanya.
Reply Commentwah keren dan sangat inspiratif. .bahasa penulisannya bagus bnget sob...teringat my father :(
Reply Comment@Fian Syauqi: Terima kasih sob. Ini tulisan untuk rasa sesalku telah membuat hampir kecewa ayahku. Harapannya pasti akan kutunaikan.
Reply CommentDapat motivasi dipagi hari...tetap semangat meraih mimpi...
Reply Comment@Dwi Sektiyono Cahyo: Iya, terima kasih sob atas kunjungannya.
Reply Commentsemangka...
Reply Commentwe can do it ad belive for my self. remember I DO THE BEST.
grammer gwe ancur abis aaaaa
@ayamSAKIT: Hehehe,,,, gak kok brow.
Reply Commentkan yang penting bisa dimengerti maksudnya.
gak ada yang gak mungkin kalo kita mau bermimpi sob ...
Reply Commentyakin dan kerja keras :)
"janjiku adalah janjiku untuk saat itu,sekarang dan nanti"
Reply CommentKeren (y) ^^ (y)
@Edotz Herjunot: aku setuju dengan kamu bang. MImpi adalah langkah awal meretas kesuksesan. Rintis mimpimu dengan kerja keras dan doa.
Reply Comment@Ivone YinYin: iya sob, janji tetaplah janji.
Reply Commentthanks yah sob dah berkunjung
@ahmad thoyib wah itu mimpi saya sob, semoga bisa terwujud.
Reply Commentthanks yah sob dah berkunjung
Smga mimpi2nya sgara trwujud..dan membahagiakan orang2 yg disayang dan menyangimu sob..
Reply Comment@YouRha:iya sob,,, dan tak ada kata ah hanya seperti itukah?
Reply CommentSemoga!
Thanks yah sob dah berkunjung.
semangaaaaat !! *jogetjoget samba* :)
Reply Comment@Husna Barasa: Hati-hati mbak jogetnya, ntar keluar dari asterimanya loh. Hehehe
Reply CommentHeem jadi engga sabar mau ngerasain SWOT itu kayak gimana. Post ini bikin kepo sama masa2 kuliah, huua
Reply Comment@annisaelvas: Hahaha,,, iya.
Reply CommentPosting Komentar