Minggu, 20 Mei 2012

Andromeda; Bintang Sesungguhnya

Malam ini aku akan kembali bercerita tentang sebuah kisah yang belum sempat terselesaikan, sebuah perjalanan hati yang ujungnya belum bisa terprediksi, sebuah rasa bak sebuah konstelasi semu sang rasi, sebuah hubungan yang absurd bak hubungan asterima dan berharap menjadi sebuah ikatan mutlak bak ikatan dalam sebuah galaksi. Aku adalah makhluk bumi yang menginginkan cahaya cirius, berharap jingganya mars turun di pelipisku tuk sekadar mengusir peluh yang mengalir dan ber-asa memiliki cincin kabut saturnus tuk aku ikatkan di jari manismu "Andromeda".  Bagiku kau bukanlah sekadar bintang semu bukan pula bintang nyata, bagiku kau lebih dari keduanya. Kau tah hanya mampu menghasilkan cahaya sendiri tetapi juga mampu membuatku bercahaya. Kau bukanlah matahari, bukan Proxima Centaury, bukan Arcturus, Spica, Rigel atau Cirius sekalipun. Kau adalah Andromeda versi lain, kau mampu mebuat rasi dengan konstelasinya, asterima dengan ketakberterimaannya, dan black hole dengan sisi mistiknya. 

Aku masih teringat pertemuan pertama denganmu sekitar setahun yang lalu. Cahayamu saat itu masih seperti cahaya Vega, indah namun saat kujejali setiap sudutmu tak ada bedanya dengan yang lain. Itu bukanlah sebuah hal yang objektif, karena jujur saat itu aku tertutupi oleh cahaya fatamorgana bintang semu. Sebuah bintang yang layaknya fajar di penghujung malam, datang dan pergi. Aku tak menyangka sebuah bintang Vega dapat menjadi Andromeda di mataku saat ini, sebuah galaksi yang sangat elok bagiku. Ku yakin engkau mampu menjadi El Gordo, galaksi raksasa dan mampu mengikat koloninya. Aku yakin, meskipun kau telah menjadi El Gordo kau tetap menjadi Andromeda bagiku, berjalan beriring bagai Enceladus bagi Saturnus, Ganymede bagi Jupiter atau bulan bagi bumi. 

Dua pekan yang lalu aku berjumpa denganmu, kau seakan merubah paradigmaku, menggoncang setiap sudut dalam benak ini, melepas semua kepastian semu. aku melihatmu melebihi sosok RA Kartini, kau memang bukan emansipator wanita tapi kau lebih dari itu. Kau memiliki lintasan yang berbeda bagai rotasi Venus namun akan tetap indah dipandang. Kau bukan menentang, tapi kau punya prinsip. Kedewasaan berpikirmu bahkan lebih dari yang kubayangkan dan semuanya berjalan secara alami dan tak seperti kabut jupiter, tak seperti fatamorgana spektrum pelangi dan tak juga seperti cincin kabut saturnus. 

Pertemuan singkat itu kuharap bukanlah pertemuan gerhana yang menimbulkan sisi gelap, aku melihatmu layaknya sebuah bintang yang akan tetap bersinar meskipun spektrum cahaya di sekitarnya lebih kuat darinya. Aku yakin kau kan mampu bersinar, memberi sinar dan membuat bersinar setiap apa yang ada di dekatmu. Kau mampu meredam badai matahari yang maha dahsyat dengan keyakinanmu. "Tak ada yang tak bisa" itu yang selalu kau sebut di setiap badai itu datang dan menghatam orbitmu.

Andai hadirmu dapat saya tebak dan dapat saya kontrol layaknya stellarium aku mungkin akan menghabiskan  waktuku untuk terus memanggilmu dan berjalan beriringan denganmu. Mars takkan dianggap indah andai ia datang dengan mudahnya, tapi mars indah karena cahayanya yang turun bersama matahari dan tak semua orang dapat menikmati keindahannya. 

Aku tak pernah menikmati indahnya bintang sebelumnya. Indah, kata itu mewakili perasaanku saat ini setiap kali aku memandang setiap inchi sudut langit dengan kerlipannya saat ini. "Aku suka bintang" Mungkin? aku mengatakan mungkin karena aku lebih menyukai mendengarkan melodimu, menafsirkan cahayamu, dan menerka inginmu. Aku menyukai bintang dan yang membuatku menyukai bintang.

Cerita untuk Andromeda yang telah membuatku menyukai bintang. Mengajariku mengorbit layaknya Venus dan terbang layaknya layang-layang.

0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...