Sabtu, 16 Juni 2012

Pygmalion di Kau

Pygmalion dan Patungnya (Google)
Sederet kata mengalun di pinggir bibir mereka sore itu. Mengusik, mencabik, dan menikam setiap daging dalam jasadku. Terlontar dengan mudah tanpa sebuah penapis, kala kebencian terpatri dalam hati. Tak ada sisi objektif dalam setiap kata mereka, pernahkah mereka melihat dari persfektifku? Yah sudahlah, toh akupun telah kenyang dengan celoteh tak bermakna. Ini bukan sajak kebencian tanpa dasar, ini hanya sebuah pengungkapan rasa lewat kata yang tak bisa kebendung. Aku ingin menjadi seperti Pygmalion dalam cerita Yunani Kuno.

Aku telah menemukan sosok Pygmalion dalam dirimu ***, sebuah cara pandang yang berbeda dengan cara pandang mereka. Memandang dari sebuah persfektif lain yang ternyata menggambarkan sebagai dirimu. Ingatkah engkau dengan cerita Pygmalion seorang pemahat yang sangat piawai dalam membuat patung. Tapi sebuah hal yang berbeda yang membuatnya dikenang, ia dikenal bukan karena kepiawaiannya dalam mebuat patung tapi karena cara berpikirnya.

Jika Pygmalion mampu berpikir positif ketika melihat lapangan becek, maka kamu mampu berpikir positif ketika melihat perumahan kumuh. Sebuah hal yang tak mungkin mampu aku berpikir ke sana. Jika Pygmalion mampu berpikir positif kalau semua orang meragu dan mengolok akan hasil karya patungnya yang menyerupai wanita asli yang kemudian ia rawat layaknya seorang istri, maka kau mampu berpikir akan mimpi dan komitmen yang tertanam. 

Seharusnya engkau mendengar cerita Pygmalion dan patungnya, cobalah dengarkan sejenak ***.  Cerita itu bermula kala Pygmalion membuat sebuah patung dengan perawakan sama persis seperti seorang wanita. Wajahnya dihiasi dengan sebuah senyuman dengan tubuh yang begitu menawan.

Setiap waktu Pygmalion merawat patung itu dan mengelusnya layaknya seorang istri. Ditatapnya mata patung itu hingga masuk ke dalam retina absurd yang hanya bisa ia resapi sendiri. Kawan-kawan Pygmalion margu atas sikap Pygmalion "Ah, sebagus-bagusnya patung, itu cuma patung, bukan istrimu".

"Tuhan bersama mimpi-mimpi para pemimpi" Dewa-dewa yang duduk di Gunung Olympus melihat sisi pemikiran Pygmalion, ia tak ingin mimpi Pygmalion terkubur lalu mereka mengubah patung itu menjadi seorang gadis yang sangat menawan. Pygmalion pun hidup berbahagia bersama istrinya yang konon katanya adalah wanita tercantik di Yunani saat itu.

Pygmalion pun kini dikenang, bukan karena kemahirannya membuat patung, bukan karena kecantikan istrinya tapi karena cara berpikir positifnya. Kuingin kau tetap berada pada orbit pikirmu dan aku pun akan masuk dalam orbit pikirmu.
_Tetaplah berada pada orbit pikirmu dan aku akan masuk dalam orbit pikirmu_

5 komentar:

Oke kanda, Terima kasih atas motivasinya kanda.

Reply Comment

iya saudara, itu adalah sebuah tanggung jawab moriil seorang penulis sahabat.

Reply Comment
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...