Rabu, 13 Juni 2012

Jujur atau Berani?

Kemarin malam mungkin bisa menjadi sebuah coretan penuh makna dalam diary kehidupan saya, malam dimana keakraban mulai terjalin kembali dan malam pengakuan efek dari permainan khas kami "jujur berani".  malam itu semilir angin taman benteng Fort Rotterdam begitu sejuk seakan ingin melelapkan mata para pecinta angin malam, para pencari kedamaian malam dan para pengagum bintang. Malam itu kami menikmati alunan lagu pengamen jalanan yang sebenarnya kami pun tak terlalu suka dengan lagu itu, tapi untuk menjaga perasaan mereka saya pun merogoh satu lembar uang seribuan dan menyerahkanya ke mereka. Malam pun bertambah larut, entah karena ide siapa kami memutuskan untuk pergi ke Happy Puppy, yah sekadar melepas penat setelah seharian beraktivitas. Kami hanya berjalan menuju tempat itu, kami seperti mahasiswa hedon malam itu. Sampai di tempat itu kami hanya terdiam menatap harga dan jumlah maksimal yang boleh masuk dalam ruangan karaoke, tertulis di meja itu Small maksimal 5 orang, price Rp 65.000. yah sudahlah jumlah kami kan 6 orang. Kami tak jadi karaokean, dengan wajah datar kami keluar dari ruangan administrasi tersebut.

Keluar dari ruangan tersebut kami menuju sebuah tempat makan yang aku pun baru pertama kali mendengar nama tempat tersebut "Popsa" begitu mereka menyebutnya, okelah aku ikut saja. Sebelum sampai aku singgah membeli jagung bakar, ada dua rasa manis dan pedas, "satu manis 3 pedas manis" begitu pesanan kami, dengan lincah penjual jagung bakar itu lansung menguliti jagungnya dan membarakan arangnya. Sambil menunggu jagungnya yang lain juga sibuk dengan menggendong anak balita penjual jagung tersebut. Tak begitu lama jagung bakarnya pun sudah jadi, kami pun melanjutkan perjalanan. "Tak ada foto sama saja dengan Hoaks" setidaknya itulah yang mebuat kami kembali memperlihatkan sisi-sisi Gifo kami, sisi yang mungkin kadang tak terlihat dibalik sikap cuek. kami pertamanya memilih untuk makan di lantai dua, tapi karena berbagai pertimbangan kami pun akhirnya memilih lantai satu saja dan memilih menghadap ke laut, menikmati desir ombak, sejuk angin malam, dan guyonan-guyonan khas kami.

Malam itu aku seperti biasanya memesan kopi hitam, minuman paforit saya. Entah sejak kapan aku suka sekali menyeruput kopi hitam, entah itu saat di depan laptop, di warung, di rumah maupun di kantin. Sambil menunggu pesanan kami, kami mengisi waktu dengan bermain permainan khas ala kami "Jujur Berani". Konsepnya sama seperti yang biasa diperlihatkan di TV, cuman bedanya kami tak memakai botol yang diputar. Kami menggunkan jempol, misalnya saya menyebut 3 maka ketika ada 3 jempol yang naik maka saya sudah aman. Siapa yang tak mendapat posisi aman hingga putaran terakhir maka dia akan disuruh memilih jujur atau berani. Dua buah pilihan yang sangat sulit, beratnya karena kalau memilih jujur maka pertanyaannya pasti mengarah ke masalah asmara dan jika memilih berani pasti suruhannya mengarah ke tantangan yang memutuskan urat malu.

Singkat cerita, putaran pertama selesai setelah saya berduet dengan Khaerunisa, salah seorang pengurus saya di lembaga tercibta kami, ia memilih pilihan berani. Akhirnya ia disuriuh untuk memakan sambal fast food yang sudah lebih dulu ia pesan.Tantangannya lumayan "mengerikan" kata mereka, yah kita harus berhati-hati. Putaran ke dua berlanjut sampai di suel maut saya pun belum menemui posisi aman, tapi akhirnya aku selamat setelah mengalahkan Abdul Karim (salah seorang anggota baru dari lembaga kami), ia memiliih jujur, pertanyaan-pertanyaan pun terlontar. Mulai dari pertanyaan tentang pandangan dia tentang lembaga hingga tentang hubungan asmaranya. Ronde ketiga berlanjut dan akhirnya Karim kembali terpilih, tak ada pilihan lain kecuali berani. Tantangan yang diberikan yaitu berkenlan dengan salah satu pelayan, dengan bibir pucat ia pun menuju pelayan wanita yang disuruhkan dan menagjak ia berkenalan. Sepulang melaksankan misi, terlihat keringat dingin membashi dahinya. Putaran keempat adalah putaran sial bagi saya, saya kahirnya harus memilih diantara dua pilihan berat tersebut. Saya memilih jujur pada saat itu. Satu pertanyaan yang agak lama baru bisa saya jawab "Bagaimana hubunganta dengan si ****?" aku jawab saja aku tak punya hubungan dengan dia. "Terus siapa padeng pacarta sekarang" tanya mereka lagi, berat rasanya saya harus menjawab pertanyaan itu, tapi mau tak mau harus dijawab karena ini konsekuensi permainan. Hmmmm *** jawab saya, siapa itu kak? tanya mereka heran dan dengan wajah penuh tanda tanya. Aku jelaskan seadanya tentang sosok "Bintang" itu. Akhirnya rahasia harus terbongkar malam itu. (Semoga engkau mengerti yah). Putaran selanjutnya berlanjut dan sama seperti putaran selanjutnya, cuman bedanya kali ini kami lebih ramai setelah tiga orang kakak kami Kak Asra, kak Dillah dan Kak Iyan datang menyusul. Hingga akhirnya Amma terpilih dan sama seperti saya sosok "Dendelion" akhirnya terbongkar dan ternyata "Dendelion" sama seperti sosok "Andromeda" bagiku. Sebuah hal yang tak kuduga sebelumnya.

Malam semakin larut, sementara diantara kami berenam ada tiga orang cewek. Kami pun memutuskan untuk pulang duluan, tapi tak afdal rasanya tanpa ada foto. Kami berpose depan tulisan "FORT ROTTERDAM". setelah puas dengan aksi foto-foto kami pun mengambil motor masing-masing dan berpisah entah di mana. Malam itu pasti akan tertulis dalam diary saya pikir saya  malam itu, dan akhirnya dapat kuwujudkan malam ini.


"Thanks for the Best Eksprience Tonight"




0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...