Senin, 11 Juni 2012

Ekspektasi dan Kenyataan

Menulis bukan hanya sekadar menuangkan apa yang terlintas di nalar kita. Menulis tak hanya sekadar permainan imajinasi semata. Menulis perlu perasaan, perasaan akan sangat berpengaruh dalam proses menulis. Entah apa sebenarnya yang membayangiku hampir satu minggu ini sehingga satu baris tulisan pun tak ada yang selesai? Pertanyaan yang sebenarnya tak perlu aku lontarkan pada diriku sendiri, karena mungkin hanya saya sendiri yang dapat menjawabnya. Ini berawal dari cerita dua terakhir dalam blog ini, kala rindu membuncah padamu di weekend di awal Juni ini. Aku ingat SMS terakhirmu malam itu, kau seakan menyembunyikan sesuatu padaku. Kau suka dikhawatirkan? mungkin? tapi aku yakin bukan itu yang kau inginkan saat itu, kau punya sebuah rahasia yang bagiku pun mungkin tak ingin kau bagi.  Kau mungkin tak ingin membuatku terlalu berpikir tentangmu, mungkin? Aku hanya mampu mengira-ngira semua itu. Aku menuliskan sebuah harapan di awal Juni agar tak ada Elegi di bulan ini, namun semua ekspektasi kecil itu akhirnya pudar bak hilangnya lembayung di jingga. 
Sumber Google

Sabtu malam 2 Juni 2012, 22.15 Wita di taman Benteng Fort Rotterdam sambil menengadah ke langit lepas, pikiran mengawang melewati batas visualisasi indrawi, ku baca setiap pesan yang kau kirim padaku mulai dari terbenamnya penguasa sembilan planet di angkuhnya samudera. Tak ada ikon senyum yang biasanya menghiasi setiap akhir pesanmu. Hanya nada kekecewaan yang kau utarakan sore itu, sebuah nada kekecewaan akan sesuatu yang telah diperjuangkan dan mestinya tetap diperjuangkan. Aku seharusnya ada saat kau berada pada titik nadir itu, mendekap tanganmu saat kau akan terjatuh dan  mengenggam jemarimu saat ragumu mulai hadir. Aku tahu kau bisa bangkit sendiri saat kau terjatuh, yah hal itu secara fisik tapi ada hal di luar hal fisik tersebut dan hal itu yang mungkin kau rasakan saat itu. Berhenti sejenak dari imajinasi dari persefsi semua itu, malam itu setelah positive thingking tentang dirimu yang tak bisa kuhubungi, aku memutuskan tuk menghubungi sahabat-sahabatku yang ternyata telah lebih dulu kembali ke rumah.

Jam di Telepon genggam Samsung warna putihku telah menunjukkan pukul 23.17 aku menyusuri jalan-jalan utama, malam itu tak begitu sepi, maklum malam minggu. Hingga akhirnya saya tiba di jalan Veteran jalanan ini biasanya ramai oleh para pembalap jalanan yang tak memiliki ruang untuk eksistensi diri, namu malam ini jalan itu terasa lengang. Entah karena apa aku belok kiri malam itu hingga musibah pertama saya alami [Tabrakan], tiba di ujung jalan aku baru sadar bahwa saya berada di tempat yang tak seharusnya. Dengan perasaan cemas karena bahan bakar motorku saat itu telah berada di ambang kritis dan ditambah lagi dengan preman-preman lorong yang bak algojo-algojo yang hampir saja memukulku waktu tabrakan tadi, kususuri kembali jalanan tersebut hingga aku tiba di ujung selatan pas di bundaran. Aku memilih jalan pintas lewat Mappaodang dan singkat cerita akupun tiba di rumah. Aku sempat merasakan rasa senang walau sakit terasa di dada, leher dan tangan karena tertimpa motor, rasa senang itu hanya karena sambutan dengan senyum hangat oleh teman-teman di rumah dan sedikit rasa perhatian melalui sebotol obat merah.

Aku tak bisa tidur malam itu, kubuka laptop dan seperti biasanya mencoba melihat berita terkini di beranda facebook, membuka mention dan timeline di twitter serta melihat komen terakhir di blogku. Tak ada yang istemewa, kubuka profil FBmu, tak ada pembaharuan darimu. Hanya sebuah tautan sesuai dengan bidang ilmumu saat ini dan sebuah tautan novel yang kukirim padamu "Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh". Bosan dengan dunia maya, aku berpikir tuk mencoba menghubungi kembali, namun kau membalasnya dengan ucapan maaf aku lagi gak bisa nelfon. Yah sudahlah, mungkin kamu sedang sibuk pikirku malam itu. 

Tak ada lagi kata-kata yang kau anggap sebagai kata-kata cerewetmu pagi itu, menayakan makan, kabar, kegiatan dan lainnya. Hingga akhirnya kutemukan kabarmu dari teman saya, kau terbaring lemas di Rumah sakit saat ini. Kau pernah bilang sama aku, kalau terlalu capek biasanya akan jatuh sakit. Hanya doa dan harapan yang selalu terkirim untukmu, "Tuhan tak punya batas dengan makhluk-Nya" itu yang saya yakini. Transit venus yang sangat langka pun tak kau lihat, padahal kau sangat suka bintang. Kuhabiskan waktuku dengan aktivitasku, tapi ada satu yang hilang "Menulis". Aku tak pernah lagi menulis sejak kau sakit, tak tahu juga apa korelasinya, pasti tak ada orang yang bisa menjelaskannnya karena hanya aku yang tahu.

Juma'at memang adalah hari yang penuh berkah terlepas dari mitos-mitos mistik tak berdasar yang diyakini masyarakat, setidaknya hari itu kau terbangun dari tidur panjangmu. Syukurlah! Thanks God! Setidaknya aku akan mendengar celoteh panjangmu lagi, cerita-ceritamu, resep-resepmu #hehehe. Tersenyumlah, karena senyummu adalah inspirasi dan ekspektasiku :).

_Tulisan pertama setelah kerinduan panjang di awal Juni_

0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...